Belanja Ilmu Pengetahuan ke Tiongkok atau Eropa

Doktor Gerabah Timbul Raharjo yang Tak Henti Berinovasi

Timbul Raharjo sukses menjadi pebisnis, pengajar, sekaligus seniman gerabah karena selalu haus ilmu. Berkat akrab dengan lempung sejak kecil di rumah tetangga.

MARUTI ASMAUL HUSNA SUBAGIO, Bantul

Timbul Raharjo
AMRI RACHMAN DZULFIKRI/BANDUNG EKSPRES

PEMBAHARU: Timbul Raharjo di galeri miliknya di Desa Kasongan, Bantul, Jogjakarta. Timbul bisa mengekspor 2-3 kontainer gerabah per bulan.

DESA Kasongan tak ubahnya sebuah etalase tanpa ujung. Di tiap halaman rumah warga di kanan-kiri jalan, berbagai produk gerabah dengan beragam ukuran berebut menarik perhatian.

Tapi, yang terbesar dan terlengkap berada di dekat gerbang selamat datang. Semua ada di Inspira, demikian nama galeri di desa di Bantul, Jogjakarta, tersebut. Mulai patung, vas, guci, sampai hiasan dinding. Dari produk untuk suvenir pernikahan hingga karya setinggi 3 meter.

Menonjolnya Inspira bila dibandingkan dengan semua etalase lain di Kasongan sekaligus menggambarkan buah pergulatan panjang sang pemilik, Timbul Raharjo. Di dunia seni kriya, dia sosok yang lengkap.

Tak hanya dikenal sebagai pebisnis sukses, Timbul juga seorang doktor gerabah yang mengajar di ISI (Institut Seni Indonesia), Jogjakarta. Sekaligus penulis buku dan seniman yang tak gampang puas.

”Buyer datang selalu ingin lihat yang baru. Kekuatan kami ada pada etnisitas produk (ciri khas Indonesia, Red), juga material produk yang tidak ditemukan di negara lain,” ujar Timbul saat ditemui Jawa Pos di Kafe PT Timbul lalu (6/11).

Lahir dan besar di Kasongan yang sejak dulu dikenal sebagai sentra kerajinan gerabah, Timbul sudah akrab dengan lempung mulai kecil. Lempung atau tanah liat adalah bahan utama pembuatan gerabah.

Pertautan Kasongan dengan gerabah bermula dari seorang perwira Pangeran Diponegoro bernama Kiai Ngabdul Roupi. Ketika Diponegoro ditangkap Belanda, lantas dibuang ke luar Jawa, Kiai Ngabdul Roupi memilih lari ke wilayah yang kini dikenal sebagai Kasongan.

Karena memiliki ilmu gerabah, dia lantas mengajari penduduk setempat. ”Bentuk awalnya masih biasa, seperti alat makan dan kendi,” ungkap Timbul.

Tinggalkan Balasan