Belanja Ilmu Pengetahuan ke Tiongkok atau Eropa

Ayah Timbul memang bukan penjual gerabah. Namun, Timbul yang lahir pada 8 November 1969 itu familier dengan lempung yang didatangkan dari berbagai daerah tersebut di rumah-rumah tetangganya.

Keseharian dengan gerabah itulah yang membuat lulusan STM 1 Jogjakarta tersebut mantap memilih jurusan seni kriya di ISI pada 1987. Kebetulan, kampus ISI hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari Kasongan.

”Karena lahir di sentra gerabah, waktu kuliah saya coba desain gerabah. Saya banyak belajar dari perajin di sini,” ujar Timbul.

Menamatkan S-1 selama 4,5 tahun, Timbul kemudian menjajal dunia wirausaha. Dia mendirikan Timboel Keramik. Awalnya, produk desain yang dia keluarkan tidak begitu laku. Sebab, bentuknya tidak familier di mata masyarakat.

Namun, kegigihan Timbul untuk menciptakan desain baru secara rutin tiap bulan akhirnya membuahkan hasil. Berkat desain-desainnya yang lebih modern ketimbang produk warga Kasongan lainnya, karyanya mulai diminati. ”Mulai 1996, tiap pameran habis dan habis lagi. Waktu itu desain saya mulai merajai dalam skala Kasongan,” tuturnya.

Pada awal memulai bisnis, Timbul hanya merekrut 1–2 pegawai. Jumlahnya terus berkembang menjadi 5, 100, hingga sempat mencapai 300 orang. Pada 1997 dia mulai mempromosikan karya ke mancanegara.

Itu terjadi setelah Bruce High, seorang importer dari Kanada, tertarik pada karya-karya Timbul. Dia kemudian mengajak rekan importer dari Australia dan Eropa untuk turut membeli karya ayah dua anak tersebut.

Alhasil, pada 2000 Timbul berhasil menjual 15 kontainer kerajinan karyanya setiap bulan. Satu kontainer berisi sekitar seratus gerabah. Namun, seiring krisis global, penjualannya menurun. Akhirnya, mulai 2009 sampai saat ini dia hanya bisa mengekspor 2–3 kontainer per bulan.

Usaha yang Timbul lakukan untuk melariskan karya-karyanya tak berhenti pada kegiatan dagang. Dia juga terus mengasah skill dan menambah wawasan. Selain menjadi dosen di ISI, Timbul aktif di berbagai organisasi. Di antaranya, menjadi ketua Dewan Kesenian Bantul, ketua Koperasi Kasongan, serta ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komda Jogjakarta.

Karya-karyanya pun rajin ditampilkan dalam pameran kerajinan internasional. Misalnya, pameran di Jerman pada 2005 dan 2007, di Portugal pada 2009, di Jordania 2012, dan Amerika Serikat setahun kemudian. Buyer dari negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, Kanada, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa serta Karibia pernah menjadi pelanggannya.

Tinggalkan Balasan