Beberkan Konsep Kawasan Rebana, Ridwan Kamil: agar Jabar Jadi Provinsi Paling Maju

JABAR EKSPRESKawasan Rebana merupakan salah satu program kerja pemerintahan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil. Hal itu juga diharapkan menjadi masa depan menuju kesejahteraan Provinsi Jabar.

Menurut Gubernur Jabar Ridwan Kamil kawasan Rebana memiliki tujuan yang sudah jelas termasuk proyeksi perekonomiannya yakni kemajuan pada bidang indrustialisasi. I ajuga optimis bahwa kawasan Rebana akan mebawa Jabar menjadi Provinsi paling maju di Indonesia.

BACA JUGA: 5 Tahun Pimpin Jabar, Begini Cara Gubernur Ridwan Kamil Kelola Dana Bagi Hasil dari Pusat

Meskipun, kata Gubernur Jabar Ridwan Kamil, wilayah indrustialisasi kali ini baru Karawang dan Bekasi. Namun, ia optimis bahwa kawasan Rebana dapat meningkatkan perekonomian Jabar di masa yang akan datang dari hasil indrustrialisasi.

“(Kawasan) Rebana itu agar Jabar jadi Provinsi yang paling maju karena memiliki industrialisasi yang paripurna. Sekarang baru Karawang-Bekasi,” katanya pada acara Kickoff West Java Festival 2023, 5 Tahun Pembangunan Jabar Juara bersama Forum Pemimpin Redaksi Serikat Perushaan Pers (SPS) Jawa Barat di Aula Masjid Raya Al Jabbar, Kota Bandung pada Sabtu, 19 Agustus 2023 dikutip JabarEkspres.com.

BACA JUGA: Hijaukan Jabar, Ridwan Kamil Berhasil Tanam 83 Juta Pohon Selama Menjabat Gubernur

Akan tetapi, ia menilai bahwa Karawang dan Bekasi bukan didesain sebagai kota melainkan sebagai kompulan pabrik industri yang cukup jauh dari pemukiman warga. Sehingga, katanya, hal itu kurang efektif dan efisien bagi sumber daya manusia yang kerja di pabrik-pabrik tersebut. Dengan adanya kawasan Rebana, ia yakin bahwa biaya transportasi dapat diminimalisir dan produktivitas dapat meningkat.

Tidak hanya itu, ia juga menyoroti bahwa di daerah tersebut tidak ada fasilitas umum seperti alun-alun, ruang terbuka hijau, ruang bermain anak, dan fasilitas lainnya yang dapat dinikmati oleh warga. Padahal, kata orang nomor satu di Jabar tersebut, hidup harus seimbang antara termpat kjerja, tempat tinggal, dan rekreasi.

“Itu kritik saya. Akibatnya, tidak ada alun-alunnya, tidak ada ruang istirahat, tidak ada ruang keluarga, ruang bermain. Semua kerja. Hidup tidak boleh begitu, hidup harus seimbang antara kerja, tempat tinggal, dan rekreasi,” katanya menegaskan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan