JABAREKSPRES.COM – Asyura, selama ini dikenal sebagai nama suatu hari yang berada di bulan Muharam, yakni pada 10 muharam. Banyak diperingati oleh kaum muslim untuk berpuasa, karena ada keutamaan didalamnya. Ternyata ada kisah dan peristiwa besar yang terjadi dibalik nama Asyura ini.
Sebuah tulisan di portal muslim.co.id mengupas banyak hal mengenaui asyura ini. Dari mulai peristiwa tragis di Karbala hingga pemahaman-pemahaman yang menyimpang dari ajaran islam mengenai asyura.
Artikel berjudul Asyura Membuka Kedok Syi’ah itu ditulis oleh Anggota Dewan Syura ANNAS, Aliansi Nasional Anti Syiah, Penulis buku-buku Islam bernama Ustadz Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag.
Berikut isinya :
Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad , keluarganya yang suci dan para sahabat beliau yang terbaik. Waba’du:
Kita Ahlussunnah mengenal Asyura adalah hari puasa pada tanggal 10 Muharram yang keutamaannya bisa menghapus dosa setahun yang lalu. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
Dua bid’ah di hari Asyura
Namun qaddarallahu, Asyura’ juga bertepatan dengan mati syahidnya Husain radhiallahu’anhu. Ini tentu musibah besar, meski kalah besar dengan terbunuhnya Ali, Utsman, Umar radhiyallahu’anhum.
Maka dalam hal ini, ada dua kelompok dari umat Islam yang menyimpang dari sunnah:
Kelompok pertama menjadikan Asyura’ sebagai hari meratap dan menyiksa diri, dengan cara memukul-mukul kepala dan dada dengan tangan sambil menyanyi dengan nyanyian ratapan.
Atau dengan memukul punggung dengan rantai dan pedang, dan melukai kepala dengan pisau atau pedang sampai berdarah lalu dipukul-pukul biar darah banyak mengalir dan biar pahala pun mengalir.
Kelompok ini adalah kelompok Syiah yang di Indonesia menamakan diri sebagai Syiah Ahlul Bait lalu disingkat Ahlul Bait atau Jamaah Ahlul Bait. Tentu penamaan ini salah dan melecehkan istilah Ahlul Bait yang sangat dicintai oleh Ahlussunnah.
Kedua adalah kelompok Nawashib yaitu musuh-musuh keluarga Nabi yang senang dengan wafatnya Husain sehingga mereka menjadikannya sebagai hari pesta dan kenduri.