10 Alasan Banyak Masyarakat Miskin Terjebak Pinjol hingga Galbay

Banyak Masyarakat Miskin Terjebak Pinjol
Banyak Masyarakat Miskin Terjebak Pinjol
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Banyak masyarakat miskin yang terjebak dalam jeratan pinjaman online (pinjol) hingga akhirnya mengalami gagal bayar. Ironisnya, kondisi ini semakin dianggap sebagai hal yang lumrah. Mereka meminjam bukan karena keinginan, melainkan karena terdesak oleh kebutuhan hidup sehari-hari.

Seiring waktu, gagal bayar (Galbay) tidak lagi dipandang sebagai persoalan serius, melainkan dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Padahal di balik itu tersembunyi berbagai dampak berat, seperti tekanan mental yang tinggi, rusaknya hubungan sosial, hingga masa depan finansial yang semakin terpuruk.

Mentalitas “toh semua orang juga galbay” justru memperparah keadaan. Karena ketika gagal bayar dianggap biasa, kesadaran untuk menyelesaikan masalah pun semakin berkurang. Padahal, kondisi gagal bayar seharusnya menjadi alarm atau tanda bahaya yang harus segera ditangani, bukan dibenarkan.

Baca Juga:Review Infinix Zero 50 5G, Smartphone Terbaik Infinix 2025, Performa Flagship Harga MenengahAdmediaJob hingga AMV, Pola Penipuan Aplikasi Penghasil Uang yang Berulang

10 Penyebab Banyak Masyarakat Miskin Terjebak Pinjol

Kami membahas secara menyeluruh mengapa banyak masyarakat miskin akhirnya terjerat pinjol hingga galbay.

1. Sistem yang Dirancang untuk Menjebak

Sebagian besar masyarakat miskin di Indonesia bukan tidak mau membayar atau berniat kabur dari kewajiban mereka. Namun, sejak awal, sistem pinjaman online memang dirancang sedemikian rupa agar peminjam kesulitan keluar dari jerat utang.

Peminjam “dipancing” dengan berbagai iming-iming: proses pengajuan yang mudah, pencairan dana yang cepat, tanpa jaminan, dan tanpa pengecekan riwayat kredit (BI Checking). Semua ini dikemas seolah menjadi solusi instan, padahal kenyataannya hanyalah pintu masuk ke dalam jebakan yang lebih dalam.

Setelah dana cair, banyak peminjam mendapati bahwa jumlah yang diterima telah dipotong biaya admin yang tidak sedikit. Tenor pinjaman pun sangat pendek, bahkan hanya satu hingga dua minggu. Bunganya bukan bunga tetap yang adil, melainkan sistem bunga berbunga harian (compounded daily interest). Terlambat satu hari, bunga bertambah. Terlambat seminggu, bunganya bisa lebih besar dari pokok pinjamannya.

Jika keterlambatan mencapai satu bulan, total utang bisa menjadi dua kali lipat. Tragisnya, banyak peminjam tidak menyadari hal ini sejak awal. Mereka hanya fokus pada satu hal, mendapatkan uang dengan cepat. Mereka tidak sadar bahwa sejak awal, mereka hanyalah target dari sistem yang memang dirancang untuk menjerat.

0 Komentar