PPDB Tahun Ini, Disdik Jabar Siapkan 704.000 Kursi dan Penambahan Zonasi

BANDUNG – Dinas Pendidikan (disdik) Jawa Barat (Jabar), mempersiapkan 704.000 kursi untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2022. Selain itu, ada penambahan zonasi yang semula berjumlah 68, tahun ini menjadi 83.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dedi Supandi menyampaikan, jumlah kuota tersebut terdapat di berbagai instansi pendidikan.

“Kuota PPDB tahun ini se Jawa Barat sebanyak 704.000 kuota SMK, SMA, SLB Negeri dan Swasta di Jawa Barat,” ujarnya kepada wartawan di SMAN 20, Kota Bandung, Senin (6/6).

Ia menambahkan, Pelaksanaan pendaftaran PPBD tahap pertama pada 2022 sudah dimulai dari hari ini. Yakni untuk pendaftar yang menggunakan jalur afirmasi prestasi dan perpindahan tugas.

“Jalur afirmasi prestasi dan perpindahan tugas. Sebanyak 50 persen jalur itu akan diperebutkan. Jika ada yang ingin mendapatkan informasi tujuan (sekolah), sudah melalui tahapan-tahapan bahkan ada beberapa kepanitiaan yang berjalan,” bebernya.

Dedi memaparkan, untuk tahun ini, terdapat perbedaan dengan tahun lalu. “Kita sampaikan kepada warga masyarakt ada perbedaan dengan 2021. Diantaranya, yang pertama menggunakan ranking tahun ini tidak,” terangnya.

Tak hanya itu, Dedi mengaku, pihaknya telah menggandeng yayasan swasta untuk turut menggratiskan biaya pendidikan masyarakat kurang mampu.

“Jumlah warga miskin bertambah dan jumlah sekolah negeri tetap, kita harus membuat inovasi. Khusus untuk wilayah Bandung dan Cimahi telah kami lakukan langkah-langkah dan himbauan kepada yayasan sekolah swasta agar mereka turut menggratiskan (untuk) warga miskin,” terangnya.

Ia menambahkan, bahwa ada 21 sekolah yayasan swasta di Bandung dan Cimahi yang akan menggratiskan biaya pendidikan warga kurang mampu.

“Mereka sudah berkomitmen dengan kami untuk siap menggratiskan warga miskin. Jadi kalau kita hitung dari seluruh 21 sekolah itu, sekitar 748 siswa dari sekolah swasta siap menerima warga miskin,” paparnya.

Sementara itu, terkait kendala dari pelaksanaan PPDB di tahap pertama, Dedi mengaku menemukan beberapa masalah saat melakukan monitoring.

“Pertama kendala orang tua pada datang ke sekolah, tujuannya karena di pagi hari terjadi server lemot. Karena kondisi masuk yang bersamaan. Sekarang sudah kembali normal,” ungkapnya.

Kedua, para orang tua memiliki banyak pertanyaan, salah satunya mengenai anaknya yang berasal dari sekolah atau MTS di luar Jawa Barat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan