JABAR EKSPRES – Warga Perumahan Tasmania Estate, RW 13, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, digegerkan oleh peristiwa kesurupan massal yang terjadi pada Minggu malam (4/5).
Detik-detik kejadian tersebut sempat direkam oleh salah seorang warga dan beredar luas di media sosial. Dalam tayangan video, tampak suasana panik di sekitar salah satu rumah, disertai jeritan histeris dari sejumlah pelajar yang mayoritas perempuan sedang dievakuasi oleh warga setempat.
Camat Bogor Utara, Riki Robiansah, membenarkan peristiwa tersebut. Ia mengungkapkan bahwa sedikitnya 10 pelajar diduga mengalami kesurupan.
“Betul, tadi malam ada informasi terkait dengan adanya beberapa siswa SMK Negeri 1 Ciomas (Kabupaten Bogor) kerasukan di salah satu rumah wilayah Kelurahan Tanah Baru tepatnya di Perumahan Tasmania,” katanya kepada wartawan pada Senin (5/5).
Saat itu, para pelajar tersebut diketahui tengah melakukan rangkaian tugas dari sekolah unntuk membuat suatu karya film.
BACA JUGA: Bupati Bogor Evaluasi Izin Perumahan yang Diduga Sebabkan Banjir di SDN Cipayung 01
Adapun mereka memilih lokasi syuting di rumah milik orangtua salah satu siswa kelompok tersebut, yang sudah tidak ditempati.
“Jadi mereka jurusan broadcasting, ada tugas untuk membuat film oleh sekolah secara kerja kelompok. Itu sebenernya rumah kosong tapi sudah mendapatkan izin atau diizinkan oleh pemilik yakni salah satu orang tua dari Siswa SMK itu,” terang Riki.
Beruntung, warga yang mengetahui kejadian tersebut segera mengevakuasi para pelajar ke masjid terdekat untuk dilakukan doa bersama sebagai upaya penanganan.
Proses netralisir berlangsung cukup lama, namun akhirnya para siswa berhasil disadarkan.
“Alhmadulillah dibantu pemuka agama, siswa ini dibawa ke masjid dekat Perumahan Tasmania untuk diobati atau dinormalkan, setelan semua selesai, para siswa dijemput pihak sekolah dan keluarga,” ungkap Riki.
BACA JUGA: Kota Bogor Catat Lompatan 9,39 Poin dalam Reformasi Birokrasi 2024, Dedie Rachim: Ini Luar Biasa
Ia pun berharap kejadian ini menjadi perhatian semua pihak, terutama dalam hal komunikasi dan koordinasi saat menggelar kegiatan kelompok di lingkungan masyarakat.
“Harapanya agar kegiatan bisa termonitor. Karena kami kan tidak tahu kejadiannya nanti seperti apa. Apalagi tidak dilaporkan. Minimal RT dan RW mengetahui supaya memonitor,” tukas Riki. (YUD)