Akibat Perubahan Iklim Populasi Lebah Berkurang, Begini Dampaknya!

BANDUNG – Dampak dari perubahan iklim yang saat ini sedang terjadi sangat berpengaruh pada tatanan kehidupan manusia. Termasuk Popuulasi Lebah yang Semakin bekurang.

Kondisi perubahan iklim ini pun membuat kondisi cuaca ektrem yang berdampak pada kehidupan flora, fauna.

Dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Damayanti Buchori mengatakan, salah satu skomponen ekosistem yang sangat terpengaruh oleh perubahan iklim adalah serangga dari jenis Lebah.

‘’Lebah ini berperan penting dalam ketahanan pangan dan kesehatan manusia, yakni sebagai penyerbuk tanaman yang berdampak langsung pada produksi pangan,’’ tutur Damayanti.

Menurutnya, baru-baru ini dieropa dan Amerika dikejutkan oleh adanya fenomena penurunan populasi lebah secara besar-besaran. Baik lebah yang diternakkan maupun lebah alami di alam.

Fenomena ini yang melatar belakangi Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) melakukan riset serupa di Indonesia pada 2020.

Dalam hasil riset terbut ditemukan bahwa sebagai besar responden menyatakan bahwa dugaan penurunan ini karena dampak dari perubahan iklim, ketersediaan pakan dan pestisida.

‘’Penurunan populasi lebah di berbagai belahan dunia cukup mengkhawatirkan,’’ kata Damayanti.

Padahal, peran lebah sebagai penyerbuk sangat penting baik dalam bidang pertanian, pelestarian hutan, maupun di berbagai ekosistem lainnya.

Itulah mengapa pada tahun 2017 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencanangkan ‘World Bee Day’ atau ‘Hari Lebah Sedunia’ yang jatuh pada 20 Mei.

Menurutnya, World Bee Day  Sedunia adalah upaya PBB untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberadaan hewan penyerbuk yang harus terus dijaga kelestariannya.

Kelangkaan serangga ini akan memberikan ancaman terhadap kontribus berkelanjutan di sektor pangan.

“Penurunan jumlah lebah akan berdampak pada penurunan produksi pangan dunia,’’ ujarnya.

Serangga penyerbuk paling produktif dan beragam di sebagian besar dunia yang memiliki penyeimbang terhadap kondisi alam. Khususnya untuk produktifitas makanan.

‘’lebih dari 20.000 spesies yang tercatat (Klein et al. 2007),” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya akan mencoba melakukan restorasi habitat baik penyerbuk yang merupakan bagian dari regenerative agriculture.

‘’Pendekatan pertanian regeneratif memiliki potensi untuk membantu melimpahkan kembali ekosistem di sekitarnya dengan serangga, mamalia, dan burung yang bermanfaat,’’ pungkas dia. (yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan