Larangan Ekspor Malaysia, Singapura Incar Ayam Indonesia

Jabarekspres.com Singapore Food Agency (SFA) akan menjajaki kerjasama dengan Indonesia untuk menggantikan Malaysia sebagai sumber utama ekspor ayam.

Singapura incar ayam Indonesia setelah larangan ekspor Malaysia yang berlakukan karena adanya kenaikan harga.

“Kerjasama ini untuk menjajaki akreditasi Indonesia sebagai sumber potensial impor ayam,” ujar pihak SFA, Rabu (15/6) kemarin.

Sementara itu, Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob mengungkapkan bahwa pihak Malaysia akan menghentikan ekspor 3,6 juta ayam utuh dalam waktu sebulan sampai produksi.

“Pemerintah memandang serius persoalan pasokan ayam dan kenaikan harga yang berdampak pada masyarakat Malaysia,” kata Ismail yang dilansir dari straitstimes.com. 

Langkah itu dilakukan saat negara itu menghadapi kekurangan ayam seiring dengan melonjaknya harga. Malaysia mengekspor lebih dari 49 juta ayam hidup pada tahun 2020, serta 42,3 ton daging ayam dan bebek, menurut data Ministry of Agriculture and Food Industries’ Department of Veterinary Services Malaysia.

Sedangkan Singapura mengimpor hampir 73.000 ton ayam pada tahun 2021 yang melebihi dari sepertiga pasokan ayamnya Malaysia. 

Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi di Singapura, dengan konsumsi per kapita 36kg pada tahun 2020, menurut data dari Badan Pangan Singapura.

Ismail mengatakan buffer stock juga akan disimpan di fasilitas cold storage sementara proses klaim subsidi oleh peternak akan disederhanakan.

Pemerintah mangungkapkan bahwa adanya kartel yang mengendalikan harga dan produksi ayam.

Malaysia Competition Commission (MyCC) sedang menyelidiki masalah ini dan penyelidikan diharapkan selesai pada Juni.

Pemerintah telah menetapkan harga eceran RM8,90 atau 2,80 dolar Singapura atau Rp 29.774 per kilogram, dan memberikan subsidi kepada peternak unggas sebesar 60 sen per kg dari 5 Februari hingga 4 Juni.

“Beberapa perusahaan besar tidak tertarik untuk mengajukan subsidi dan ingin pemerintah membiarkan harga ayam ditentukan oleh pasar,” jelas Ismail.

Sebuah peternakan di Melaka dikatakan telah mengeluarkan pemberitahuan bahwa pasokan akan berhenti pada 21 dan 22 Mei karena ayam tidak bertambah berat.

Peternak unggas telah memperingatkan pemerintah bahwa batas harga yang rendah jika berlangsung terus untuk ayam dan telur akan merugikan industri dalam jangka panjang. (disway)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan