Ajak Anak Menyusun Rencana untuk Keterampilan Berpikirnya

JAKARTA – Pendiri Sebaya Riang Agustina Twinky mengatakan mengajari anak menyusun rencana bisa dimulai saat usia balita. Bahkan ketika anak usia batita pun bisa. Namun, caranya saja berbeda. Misalnya, anak sudah memasuki usia sekolah. Anak telah bisa menulis, maka parents dapat menyusun rencana bareng anak dengan ditulis.

Ketika anak menyusun rencana, orang tua perlu ikut memperhatikan. Rencana apa saja yang disusun anak. Ternyata, rencananya terlalu banyak dan kecil kemungkinan bisa direalisasikan. Orangtua bisa memantau dulu saja. Tidak perlu dihentikan. Anak diarahkan untuk memberikan level. Dari semua rencana itu, rencana mana yang paling mudah dan sulit. Lalu, apa kendala yang akan dihadapi anak dari rencana paling sulit itu.

Twinky mengungkapkan, sebetulnya orang tua tanpa disadari mengenalkan anak menyusun rencana sejak dini. Salah satu contohnya adalah menentukan bekal apa yang ingin dibawa anak ke sekolah.

’’Saat malam, anak ditanya. Besok adik mau bawa apa? Bawa snack yang di kulkas, Ma. Oke, adik besok jangan lupa ambil snack-nya sebelum berangkat,’’ paparnya.

Berbeda lagi saat anak sudah masuk ke sekolah. Twinky menyebutkan, tanggung jawab anak bertambah. Rencana yang disusun makin bervariatif. Salah satunya, pekerjaan rumah dari sekolah.

’’Kapan mau mengerjakan PR dari ibu gurunya. Jam berapa mau tidur supaya besok bangun pagi,’’ ucapnya.

Sebetulnya, apa fungsi dari merealisasikan rencana? Neuroparenting practitioner Aning Rahmawati menuturkan, orang tua memiliki fungsi sebagai seorang coach atau mentor untuk mendampingi anak. Orang tua perlu mendampingi anak sampai rencananya terealisasi. Apalagi jika membiasakan menyusun rencana yang diterapkan kepada anak usia 5–9 tahun. ”Sesungguhnya, kita sebagai orang tua sedang memberikan pengalaman belajar kepada anak. Pengalaman belajar itu bisa sukses dan tidak sukses,” tuturnya.

Aning menilai, pengalaman belajar menjadi hal yang fundamental bagi anak. Dia menyebutkan, dalam otak ada proses pembentukan mielin. Semakin anak mendapatkan pengalaman belajar, gagal atau sukses, semakin tebal mielinnya. Artinya, pengalaman belajarnya semakin kuat.

Kebiasaan membuat planning dilakukan Rachma. Di kamar putri semata wayangnya, Angeline, tersedia papan putih yang rutin diisi keduanya setiap malam. Di samping kiri papan ada nomor 1 sampai 3.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan