Begini Strategi Kementan Hadapi La Nina

JAKARTA – Memasuki musim penghujan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember 2021, dan mencapai puncaknya pada Januari- Februari 2022. Hal ini terjadi, terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan, berkisar antara 20-70 persen di atas normalnya.

La Nina tahun ini diprediksikan memiliki dampak yang relatif sama seperti tahun sebelumnya. Antisipasi terus dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengamankan target luas tanam padi seluas  8,3 juta ha melalui deteksi dini agar dapat ditentukan langkah operasional penanganannya.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat mengunjungi Pati Kamis (4/11) lalu mengingatkan adaptasi dan mitigasi perubahan Iklim mengingat Indonesia adalah negara terbesar ke-4 dunia. Oleh karena itu, tanggung jawab dan tantangannya pun juga besar.

“Kita belum selesai menghadapi tantangan Covid-19 yang masih terjadi sampai hari ini dan kita dihadapkan juga dengan emisi gas, efek rumah kaca dan persoalan lingkungan. Ingat, perekonomian dunia porak poranda selama dua tahun, termasuk Indonesia. Namun yang mampu bertahan adalah sektor pertanian,” ungkapnya.

Mentan Syahrul juga menyampaikan bahwa dalam kondisi dan situasi apa pun, pertanian harus tetap berproduksi. Ia mencontohkan, negara-negara yang mengalami 4 musim, mereka kini tengah mengalami kesulitan dalam hal produksi pangan.

Mengenai adanya ancaman La Nina, Mentan mengharapkan kepada Balingtan untuk membuat rekomendasi teknologi pertanian  yang tepat.

Sementara itu Direktur Jenderal Tanaman Panga, Kementan Suwandi, menyebutkan untuk mengantisipasi dampak La Nina perlu dilakukan koordinasi lintas sektoral terkait pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang  atau  puting beliung ataupun terjadinya badai tropis) yang berada di wilayah rawan terdampak La Nina.

“Sektor pertanian memang paling rawan terkena dampak La Nina,” ujarnya. Namun, menyikapi hal ini Kementan berupaya untuk meminimalisir sebagaimana konsepnya Pak Menteri (Syahrul Yasin Limpo), setiap puso harus dikompensasi di tempat lain. Juga setelah banjir selesai harus tanam lagi,” ujar Suwandi menambahkan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan