4 Akhlak Kepemimpinan yang Harus Dimiliki Para Pemimpin

MENGINGAT besarnya tanggungjawab menjadi pemimpin di dalam lingkungan masing-masing, tiap-tiap orang dalam kehidupan ini mempunyai fungsi kepemimpinan, sesuai dengan ruang lingkup dan daerah kekuasaan masing-masing. Maka, syarat-syarat, sifat dan akhlak untuk menjadi pemimpin haruslah dimiliki dan dikembangkan.

Fungsi kepemimpinan ini dipertegas dan diperinci lagi dalam suatu hadits.

“Tiap-tiap orang adalah menjadi pemimpin, dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang lelaki adalah pemimpin istrinya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang pelayan adalah pemimpin bagi harta tuannya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang anak adalah pemimpin atas harta benda orangtuanya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Kalian semua adalah pemimpin, kelak akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim secara ittifaq melalui Ibnu Umar r.a.).

Pada kesempatan ini, bisa kita lihat satu rangkaian dari akhlak kepemimpinan yang diperlukan, yang dituangkan dalam pidato kenegaraan yang diucapkan oleh Khalifah Abu Bakar Shiddiq tatkala dilantik menjadi Kepala Pemerintahan setelah Rasulullah wafat.

Pidato kenegaraan itu adalah sebagai berikut:

“Wahai manusia! Sesungguhnya saya telah dilantik (menjadi Khalifah) bukanlah karena saya lebih baik daripada kamu sekalian. Jika saya berbuat baik, bantulah, dan kalau saya berbuat buruk, luruskanlah. Jujur itu adalah satu amanah; bohong adalah satu perbuatan khianat. Orang-orang yang lemah diantara kamu kuat pada sisi saya karena saya akan melindungi hak-haknya. Orang yang kuat di antara kamu lemah pada sisi saya sampai saya mengambil hak-hak daripadanya. Janganlah kamu meninggalkan perjuangan, karena akibat sikap yang demikian akan ditimpakan Allah kehinaan di atas pundak kamu. Patuhlah kepada saya selama saya patuh kepada Allah dan Rasul-Nya; jika saya durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidaklah wajib bagi kamu menaati saya. Berlaku adillah terhadap orang yang berhubungan (bergaul) dengan kamu, semoga Allah Swt. akan mengasihi kamu.”

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan