Eks Gafatar Tak Sebatas Menampung

”Tetapi, dari status kewarganegaraan tak dipungkiri, mereka urang (asal) Bandung,” tegasnya.

”Libatkan para pengusaha untuk menyelamatkan masa depan mereka,” kata Amet.

Di samping itu, sambung Amet, nasib anak-anak korban eks Gafatar itu, harus segera disiapkan administrasi kependudukannya. ”Anak-anak itu harus peroleh pendidikan yang layak,” tukas Amet.

Menyoal langkah Dinas Sosial yang langsung beri penampungan, Amet menilai, sebagai langkah tepat. ”Saya setuju dengan langkah Kadisnsos (Ajie Sugiat, Red) yang berikan fasiliatas warga eks Gafatar. Apalagi sudah merencanakan beri ketrampilan. Jangan kalah dengan Gafatar, pemerintah harus lebih dalam melindungi warganya,” pungkas Amet.

Sementara itu, korban Gafatar yang dipulangkan ke daerah asal menyampaikan protes terkait adanya dugaan rekayasa identitas. Hal itu terungkap saat 195 korban Gafatar dikumpulkan di Aula Balai Rehabilitasi Sosial Dinsos Jabar, kemarin (1/2).

Korban Gafatar asal Bekasi, Arif Pranowo mengungkapkan, saat pengisian identitas di kampung halamannya, dia merasa kaget karena usai dilakukan pemotretan oleh petugas, ada dugaan rekayasa dengan mengubahnya dengan berpakaian narapidana. Hal ini tentu saja membuat korban Gafatar merasa keberatan atas ulah oknum petugas yang tidak bertanggung jawab.

”Kami tentu saja kaget ketika foto kami berubah menggunakan pakain napi, padahal kami bukan tahanan atau narapidana,” ungkap Arif kemarin.

Menurut dia, dirinya bersama warga lain merasa tidak melakukan perbuatan kriminal. Sehingga tidak etis jika ada upaya rekayasa dari oknum-oknum tertentu. Pihaknya meminta agar perbuatan oknum petugas tersebut diutus secara tuntas.

”Kami tidak melakukan tindakan hukum positif, kenapa hal ini bisa terjadi, karenanya kami meminta agar dilakukan pengusutan secara tuntas atas kejadian tersebut kami memiliki bukti-bukti atas kejadian tersebut ,” jelasnya.

Arif mengaku, selama seminggu dibina di panti rehabilitasi, pihaknya merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Sebab, kondisinya jauh berbeda dengan saat ditampung di lokasi lain. ”Kami mengucapkan terimakasih atas keramahan petugas Dinsos Jabar selama mengikuti masa pembinaan di sini,” ucapnya.

Saat dikonfirmasi usai pengucapan sahadat korban Gafatar Jawa Barat, Kepala Biro Pemberdayaan Sosial Dasar Pemerintah Provinsi Jawa Barat Riadi SKM mengaku, kaget adanya ubahan data identitas foto tersebut. Bagi dia, hal itu merupakan intimidasi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan