JABAR EKSPRES – Irjen Pol Rudi Setiawan kembali menginjakkan kaki di Surabaya. Mantan Kapolrestabes Surabaya itu datang ke Kota Pahlawan bukan untuk urusan kedinasan, melainkan untuk menuntaskan perjalanan akademiknya.
Pada Senin pagi, 3 November 2025, Rudi menjalani sidang terbuka promosi doktor di Universitas Airlangga.
Semasa menjabat Kapolrestabes Surabaya, Rudi dikenal sebagai sosok yang dekat dengan berbagai kalangan masyarakat. Tak heran, banyak rekan dan pejabat yang meluangkan waktu hadir dalam sidang terbuka tersebut.
Baca Juga:Ulang Tahun APSIFOR ke-18: Inspirasi Billy Martasandy untuk Generasi Psikolog MudaBuka Suara Isu OTT, Wawalkot Tegaskan hanya Sebagai Saksi
Sejumlah tokoh turut hadir memberikan dukungan, di antaranya Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu.
Sidang terbuka promosi doktoral mantan Direktur Penyidikan KPK itu juga dihadiri pentolan Bonek. Ia memang sangat dekat dengan Bonek. Rudi bahkan ketika dipindahtugaskan ke luar Surabaya masih sering menjamu Bonek ketika melakoni away ke luar Surabaya. Bahkan, Presiden Persebaya Azrul Ananda terlihat turut menghadiri sidang doktoral Rudi.
Mengambil judul disertasi Cerita Dari Mesuji: Studi Fenomenologi tentang Menjadi Polisi di Daerah Konflik. Dalam disertasinya itu, Rudi merangkum disertasinya dengan kegelisahan.
Polisi di Kabupaten Mesuji, Lampung memang punya setumpuk tantangan di lapangan. Di tengah konflik lokal yang kuat. Di antara sengketa lahan warga dan perusahaan. Dan masih ditambah dengan ketidakpercayaan masyarakat kepada institusi kepolisian dan pemerintah.
Rudi memang punya kedekatan dengan tempat yang ditelitinya. Ia pernah menjadi Wakapolda Lampung. Ia juga pernah menjadi Wakapolda Sumatera Selatan (Sumsel). Wilayah Mesuji memang berbatasan antara Lampung dan Sumsel.
”Masyarakat lebih percaya pada penyelesaian kekerasan,” celetuknya. ”Polisi di Mesuji, tak hanya bekerja di dunia luar, fisik. Tapi mereka juga bekerja di batinnya sendiri,” kata Rudi di podium di Ruang Adi Sukadana FISIP Universitas Airlangga.
Konflik di Mesuji memang pelik. Konflik agraria di sana bersanding dengan konflik SARA. Warga Mesuji memang berasal dari berbagai latar belakang suku. Para pendatang kebanyakan merupakan para transmigran dari Jawa dan Bali.
