JABAR EKSPRES– Indonesia masih mencari kota yang layak menyandang predikat City of Gastronomy dari UNESCO. Di tengah pencarian itu, Jentik Festival hadir sebagai ruang kolaborasi unik yang memadukan kuliner, seni, dan teknologi.
Selama tiga hari, pengunjung disuguhi pengalaman tak biasa mulai dari musik yang tercipta dari getaran tanaman hingga fine dining tujuh menu yang diiringi lantunan nada dari bahan makanan.
Upaya Indonesia untuk memiliki perwakilan kota berpredikat City of Gastronomy dari UNESCO tersebut masih menghadapi tantangan besar. Hingga saat ini, pemerintah belum menunjuk satu pun kota gastronomi karena beragam permasalahan.
Baca Juga:ITB Sambut 7.671 Mahasiswa Baru pada Sidang Terbuka PMB Semester I TA 2025/2026 di SabugaBULOG Bandung Gandeng Kejaksaan se-Bandung Raya Gelar Gerakan Pangan Murah Serentak
Salah satunya adalah terlalu banyaknya daerah yang memiliki ikon kuliner khas. Sementara itu, negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah lebih dulu menetapkan kota gastronomi mereka, yakni Kuching dan Phetchaburi.
Hal tersebut disampaikan pegiat kuliner sekaligus founder Joongla, Raden Siti Farah Mauludyna di tengah pembukaan Jentik Festival di Hotel Hilton Bandung, Kamis (14/8/2025).
Ia mengatakan, dari sanalah ide membuat Jentik Festival muncul.
“Problemnya adalah Indonesia punya terlalu banyak ikon kuliner dari terlalu banyak daerah, sehingga masing-masing daerah tersebut saling bersaing untuk menjadi Kota Gastronomi di Indonesia,” ungkap Dyna, sapaan akrabnya.
“Daripada saling declare, kita lakukan saja dulu hal-hal yang bisa dilakukan saat ini,” lanjutnya.
Hal tersebut salah satunya diwujudkan Dyna melalui Jentik Festival, sebuah festival yang dibuat untuk menjadi ruang kolaborasi antara pelaku kuliner, seniman, dan akademisi untuk mengangkat potensi gastronomi Indonesia ke panggung yang lebih luas. Festival ini digelar di Hotel Hilton Bandung pada 14-16 Agustus 2025.
Dyna menuturkan, nama “Jentik” sendiri diambil dari gerakan menjentikkan jari, sebagai simbol pemantik ide-ide segar untuk memajukan gastronomi Indonesia.
Sementara itu, Kepala Bidang Industri Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar Rispiaga mengatakan, acara yang mengangkat khazanah kekayaan gastronomi daerah diperlukan untuk mendorong promosi kuliner sekaligus mempersiapkan daerah menuju pengakuan internasional.
Baca Juga:Wali Kota Cimahi: Jam Malam Pelajar untuk Lindungi Generasi Muda dari PremanismeNusantara Regas Dukung Penuh Pengembangan LNG HUB Bandung, Dorong Akses Energi Bersih untuk Sektor HOREKA
“Kita masih mencari satu dari 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat yang bisa masuk ke dalam ekosistem City of Gastronomi-nya UNESCO. Mudah-mudahan inisiasi kegiatan seperti ini bisa mendorong munculnya Kota Gastronomi di Jawa Barat,” ungkapnya.
