Kisah Inspiratif Polisi di Lembang, Bripka Taufan Nyambi Jadi Guru Ngaji

JABAR EKSPRES – Seorang anggota Polri mengabdikan diri menjadi guru bagi anak-anak di Pondok Pesantren Daarul Huda Al-Azis Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Anggota polisi itu bernama Bripka Muhammad Taufan Rizky. Saat ini dia bertugas di sebagai anggota Bhabinkamtibmas Polsek Lembang.

Sebagai Bhabinkamtibmas, aktivitas Muhammad Taufan Rizky tergolong cukup padat. Berangkat pagi, pulang sore, dan terkadang harus melakoni giat kepolisian yang menguras tenaga.

Dalam seminggu dua kali, ia mengajarkan berbagai ilmu agama islam seperti tauhid, fiqh, tafsir dan sebagainya kepada puluhan santri yang berlokasi di Kampung Bukamanah RT 02 RW 09 Desa Langensari Lembang.

Ia juga tak hanya sekadar menyampaikan aturan yang dilarang agama, tapi juga membangun kedekatan emosional dengan semua santri agar mereka patuh, disiplin dan menjauhi hal negatif yang bisa merusak masa depannya.

BACA JUGA: Ratusan Jemaah Haji Bandung Barat Kloter Pertama Resmi Dilepas

“Seminggu dua kali, setiap hari Senin dan Rabu saya meluangkan waktu mengajar di pesantren. Alhamdulillah pimpinan sudah memberikan izin kepada saya,” kata Taufan, Jumat (9/5/2025).

Di balik kesibukan itu, pria berusia 34 tahun ini ternyata masih punya waktu untuk masyarakat. Sejak lima tahun terakhir, sosok murah senyum ini mengabdikan diri menjadi guru ngaji bagi anak-anak yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Taufan mengaku senang dan tak terganggu dengan aktivitas ini karena sejalan dengan tugas dan fungsi kepolisian yang harus bermanfaat bagi masyarakat. Serta selaras dengan program kebijakan gubernur Jabar yang mencegah kenakalan remaja.

“Pembinaan bahaya narkoba, pergaulan bebas, geng motor juga kami ajarkan di sini agar mereka tidak terjerumus, karena anak muda atau anak-anak itu sifatnya ingin mencoba,” bebernya.

Pendiri Pondok Pesantren Daarul Huda Al-Azis, Moch. Ajat Abdul Azis menyebutkan, tenaga pengajar saat ini berjumlah 5 orang ditambah dirinya. Sedangkan jumlah santri ada sekitar 40 orang yang berasal dari wilayah Jawa Barat hingga Tangerang dan Lampung.

Sejak awal berdiri tahun 2020, ia menyatakan, para santri tidak pernah dipungut biaya alias gratis. Untuk pembiayaan operasional berasal dari upah dakwah dibantu beberapa orang donatur. Selain menimba ilmu agama di pesantren, anak-anak juga mendapat pendidikan formal di sekolah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan