Teh Diganti Sayur: Puluhan Hektare Lahan Pangalengan Gundul, PTPN Sebut Sudah Lapor Polisi Sejak 2024!

JABAR EKSPRES – Manager Kebun Malabar PT Perkebunan Nasional I Regional 2, Heru Supriadi menanggapi protes para pekerja kebun teh binaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) terjadi di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Senin(21/5/2025).

Menurutnya, pihak PTPN bersepakat dengan beberapa penggiat lingkungan serta petani, untuk menolak adanya tanaman sayuran di lahan perkebunan teh.

“Solusinya memang kemarin kita sudah sepakat karena itu juga memang kita sudah dipetisi oleh masyarakat di situ, karena mereka tidak menginginkan ada area kebun sayur di situ. Karena mengganggu air dan juga banjir lumpur ke masyarakat Desa Pasirmulya,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (25/4/2025).

Heru menjelaskan, penggundulan kebun itu memang sudah terjadi cukup lama sejak Juni 2024. Pihaknya bahkan sudah melakukan laporan kepada Kepolisian terkait pengembangan kasus tersebut.

“Saya sudah melaporkan kejadian itu sejak Juni 2024. Kita sudah diproses di Polres cuma memang kalau kita masih terus menanyakan perkembangannya, memang masih di Polres,” ungkapnya.

BACA JUGA: Aksi Protes Ratusan Petani Gegara Alih Fungsi Lahan Teh di Pangalengan, Bupati Bandung Angkat Suara

Terkait penggundulan tersebut, Heru juga menduga ada beberapa oknum yang sengaja melakukan hal itu.

“Iya, dicurigai ada aktor intelektualnya yang memanfaatkan masyarakat-masyarakat untuk menggunduli teh itu dengan biaya atau misalnya ini yang tertentu, tapi saya tidak berani menyatakan fix tapi isu-isu yang yang berkembang seperti itu,” katanya.

Heru menuturkan, dampak dari penggundulan tersebut memang sangat berpengaruh untuk lingkungan dan juga para petani.

“Iya, dampaknya ada yang di diberhentikan dulu,” tuturnya.

Meski begitu, kata Heru, pihaknya tak tinggal diam. PTPN pun hampir setiap hari melakukan patroli oleh petugas yang berjumlah 20 hingga 30 orang di kawasan perkebunan teh baik siang atau malam.

Namun, tetap saja upaya penggundulan sering dilakukan namun secara diam-diam oleh oknum-oknum tersebut.

“Kita hampir setiap malam itu sangat masif (pengawasan) dan kita juga 20 sampai 30 orang per malam. Siang malam bahkan yang lebih menyedihkannya di saat kita salat Jumat, di saat kita salat Id mereka melakukan (penggundulan). Jadi curi-curi waktu Istilahnya saat lengoh kerja di saat besoknya petani atau karyawan pemetik teh itu mau melakukan panen, itu pohonnya sudah hilang,” paparnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan