Berpacu Waktu

Mamak Edi

Setiap saya perjalanan ke Sumatera, sepanjang jalan jika perlu istirahat sholat, selalu cek kondisi toilet masjidnya dahulu. Jika tidak bersih, maka sholat ditunda hingga ketemu masjid yang toiletnya cukup bersih dan airnya pun cukup tersedia. Menurut saya, pengurus masjid perlu menjadikan kebersihan toilet masjid perhatian nomor satu. Dengan begitu saya yakin pengunjung masjid punya alasan untuk infak yang lebih dari biasanya. Apalagi jika di masjid itu ada pengumuman “Kebersihan toilet masjid ini ditentukan infak Anda!”.

Namu Fayad

Ada bapak-bapak, waktu itu ia ada acara di hotel Borobudur. Pas ke toiletnya, kebanyakan model berdiri. Ia pake. Pas sudah selesai ia bingung, kok tidak ada tombol buat menyiram. Panik dia. Dibilangin bahwa itu ada sensornya akan aktif setelah ditinggalin. Tapi kan belum dibasuh. Solusinya, ia geser ke samping sambil pegang “itu”-nya, baru air siram keluar, langsung geser lagi buat basuh kepala sikecilnya. Tau gak apa komentar dia abis itu. “Toilet kafir” katanya.

Lukman bin Saleh

Seorang laki2 setengah baya berjalan tergopoh-gopoh. Keringat bercucuran di tubuhnya. Dia baru pulang dari sawah. Seolah tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya. Yang dia ingat hanya masjid. Secepatnya dia harus ke sana. Setelah sampai. Buru-buru dia membersihakan tubuh. Seadanya. Memasang sarung yg telah dia siapkan. Kemudian masuk ke masjid mengumandangkan azan.” Demikianlah gambaran marbot d masjid2 kita. Bekerja sukarela. Tanpa di gaji. Mereka punya keluarga. Mereka harus mencari nafkah. Jadilah masjid itu diurus seadanya. Jangankan membersihkan toilet, syukur2 sang marbot masih bisa azan 5 x sehari. Keadaan ini tidak boleh kita biarkan. Harus kita ubah. Mulai dari lingkungan masing2. Sangat ironis jika agama Islam yg katanya sangat mengutamakan kesucian dan kebersihan ini harus memiliki lingkungan masjid yang jauh dari kata bersih. Jika marbot kita belum di gaji dengan layak. Gaji mereka. Agar bisa bekerja profesional. Lontarkan ide ini saat ada rapat. Jika memang sudah di gaji. Tegur para marbot itu. Tentu dengan cara seperti yg dikatakan Abah. Bagaimana agar mereka tidak tersinggung. Ayo kita mulai…

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan