Partai Amplop

Dacoll Bns

“Maka berhentilah memanjakan siapa pun dan apa pun.” Ini mak jleb, sebagai rakyat kita harus berhenti memanjakan ‘siapa’ pun dan ‘apa’ pun, biarkan mandiri, rakyat kecil aja bisa hidup mandiri meski kadang dihalang-halangi berbagai regulasi yang tidak penting.

Condro Mowo

‘Dimanjakan’ kurang lebih dalam bahasa Jawa : sering ‘diporang-paringi’ ,sering dimudahkan, digampangkan, dapat previlege,akses… dan sebagainya…. aku mau dong, porang….

dabaik kuy

pemerintah malah dimanja. KA janji tdk pakai subsidi akhirnya KA cepat pakai subaidi APBN … triliunan pula… wkwkwk… koko2 pengusaha disubsidi juga dgn pajak ringan…. dgn harga lahan sangat murah…… wkwk koko2 pengusaha manja disubsidi pajak murah

A fa

Beuh…agree to disagree !, Nolak istri yang lagi mau bermanja manja akibatnya bisa lebih barbahaya daripada harga porang yang turun. Apalagi buat yang bukan petani porang.

Wawan Wibowo

Tentunya tanaman porang tidak pernah meminta untuk dimanjakan,jadi pokok masalahnya adalah pada penanam porangnya yang suka memanjakan, mungkin penanam porangnya berharap besok ada balas budi dari tanaman porang saat masa pemilu,eh salah,masa panen maksutnya

am dki9

Dimanjakan harapannya agar produksi meningkat, panen lebih banyak lebuh baik, untung lebih tinggi. Padahal hukum ekonomi berlaku. Fitrah manusia ingin mendapat lebih atau dinilai lebih baik sehingga memanjakan apapun dan siapapun.

Damar Marzuki

Akhirnya kota Juwono pati masuk juga ke “peta”nya disway, makasih bah, udah 3 tahun baca disway hari ini jadi tambah”love”..

Arala Ziko

betul pak, apa dan siapapun jangan terlalu dimanja. Termasuk BUMN jangan dimanja.

Er Gham

Porang jangan dimanja. Rakyat kecil juga jangan dimanja. Jangan diberikan subsidi lagi. Harus ikut urunan bayar cicilan utang 800 triliun. Harus ikut suntik BUMN yang mau kolaps. Tambal kereta cepat. Jangan dimanja seperti porang.

Ibnu Shonnan

Pesan Prof. Dr. Edi, “Untuk mengurangi resiko rugi bertani Porang seperti saat ini, maka jangan manjakan Porang dalam perawatan atau dalam pemupukan”. Filosofi ini ternyata tidak berlaku untuk umat manusia saja. Porang pun menjadikan petaninya remuk ditengah perjalanannya…hehe

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan