Partai Amplop

Agung Wiratno

Ahh..,….kl p Dahlan Iskan gembira bkn main, saya tdk. Mendengar kata porang bagi sebagian orang adalah trauma. Alhamdulillah saya tdk ikut euforia tanam porang. Tp ribuan orang ‘nyungsep’ gara2 porang ini. Tetangga2 saya banyak yang “gila” gara2 porang. Betapa tdk, utk budidaya gak bisa asal asalan, shg hrs disiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin, tentu saja biaya juga pasti banyak. Spt biasa, stlh panen … Buushhh Orang2 yg menganjurkan, mengajak, ngumpet entah kmn. Di daerah Ngawi selatan bahkan sdh terbentuk semacam rantai produksi, ada yg fokus sebagai penjual bibit saja, ada yg jadi tukang semai saja, ada menjajakan bibit yg dari katak itu, ada yg jadi tengkulaknya. Sekarang tinggal cerita saja. Semacam kena prank. Semoga kedepan, baik pemerintah ataupun para pengusaha top kita kl ajak2, menyarankan, ataupun menyuruh menyiapkan dulu pengolahan hilirnya, dan tdk melulu “njagakne’ orang luar negeri. Org2 kecil lagi yg kena PHP

yea aina

Barang siapa memanjakan porang, akan kecewa kala memanennya. Terkadang manis manjanya janji, tak seindah harga jualnya Sudahlah pahit galak pula.

yea aina

Berbisnis barang komoditas, ada dua alternatif untuk dapat cuan, menambah atau mengurangi nilai tambah. Leny melalui kiatnyi, memproduksi beras porang berbahan baku campuran beras padi dan tepung porang. Ia memberikan nilai tambah atas beras padi ataupun tepung porang. Sewajarnya jika Vivo menjual RON 89 dengan harga jual “dibawah” harga RON 90, tidak aturan bisnis yang dilanggar. Vivo pasti masih cuan, karena menjual komoditas BBM dengan RON 89, dijual sesuai harga keekonomiannya.

fajar rokhman

Jangan manjakan siapapun, subsidi bikin manja. Masyarakat manja minta gonta-ganti presiden, gak sabaran. Jangan dimanjakan

yea aina

Penanam porang terlalu memanjakannya, demikian tanggapan Prof Edi S dari IPB. Porang seliar Vivo: sempat menjual RON 89 dibawah harga jual RON 90, anda sudah tahu. Tentu saja Vivo menjual apa adanya, baik penyebutan RONnya maupun harga jualnya. Meskipun, hanya sempat beberapa hari saja dijual dengan harga dibawah normal baru. Bisa disimpulkan, ada “pemanjaan” dari atasan penjual RON 90, hingga tak ada cuan tanpa penyesuaian harga. Harga jual berdasarkan keekonomian ataukah belas manjaan atasan?

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan