Waspada, Kasus DBD melonjak, Dinkes jabar Catat Ada 24 Ribu Kasus di Jabar

BANDUNG – Dinas kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat mengungkap, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Barat melonjak tajam. Peningkatan kasus DBD cukup signifikan yakni mencapai angka 24 ribu, pada pertengahan Agustus ini.

Menurut Ketua tim pencegahan penyakit menular dan tidak menular Dinkes Jabar, Yudi Komarudin menyebutkan dari data yang diterima hingga Jum’at kemarin, total kasus penyebaran telah menyentuh di angka 24.192 dengan jumlah kematian sebanyak 244 jiwa.

“Untuk kasus DBD yang tertinggi di Jawa Barat itu ada di Kota Bandung yaitu 3.936 dengan kasus kematian sebanyak 37, yang ke dua itu ada di Kabupaten Bandung dengan angka kematian 37 dari 2.277 kasus,” ucapnya saat ditemui di Kiara Artha Park, Kota Bandung, Senin (22/8).

Yudi mengaku adanya jumlah tersebut, memang terjadi peningkatan kasus di tahun 2022 ini. Terlebih ia menambahkan, dengan kondisi cuaca seperti ini dinilai dapat mempercepat terjadinya penyebaran kasus DBD.

“Hingga bulan Juli akhir atau Minggu ke dua bulan Agustus ini (2022) kita sudah 24.000 kasus, dan untuk tahun 2021 dengan waktu satu tahun itu hanya 21.000 lebih atau kurang dari 22.000,” ungkapnya

Selain itu, Yudi juga mengungkapkan rata-rata kasus DBD di Jawa barat menyerang pada anak-anak hingga Bayi dibawah lima tahun (Balita)

“Karena itu tadi, aktifnya nyamuk Aedes aegypti (DBD) ini di pagi dari jam 07.00 – 10.00 Wib dan sore dari jam 14.00 – 17.00 wib, itu nyamuk akan aktif. Nah manakala pada saat anak-anak atau balita sedang bermain atau tidur sore, itu harus hati-hati,” ujarnya

Maka agar penyebaran kasus tersebut tidak semakin meluas, Yudi mengimbau kepada masyarakat untuk tetap melakukan pola hidup sehat dan melakukan pembersihan di area sekitar.

“Silahkan di rumah itu biasa pakai pengusir nyamuk yang penting itu bisa dijaga. Dan yang terpenting masyarakat bisa menjaga kebersihan,” imbuhnya

Ditempat yang sama, ketua penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya meminta kepada masyarakat khususnya para ibu-ibu untuk kembali menggerakkan kader juru pemantau jentik (Jumantik).

“Bahkan SD-SD juga sudah kita gerakkan kembali Jumantik nya untuk membantu wilayah sekitar minimal sekolah dan lain-lain untuk terhindar dari masalah ini (penyebaran DBD),” Pungkasnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan