LPSK Nilai Tak Tepat Bila Restitusi korban Herry Wirawan Dibebankan ke Pemerintah

JAKARTA – Keputusan Hakim Pengadilan Negeri (PN) Bandung, yang memutuskan pemberian kewajiban restitusi korban pemerkosaan dan kekerasan seksual Herry Wirawan dibebankan ke Pemerintah, dinilai Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) tidak tepat.

Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu menegaskan yang harus memberikan restitusi adalah pelaku, bukan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).

“Restitusi itu merupakan ganti kerugian yang diberikan kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga,” kata di Jakarta, Rabu.

Edwin menjelaskan, pembayaran ganti rugi korban oleh pelaku atau pihak ketiga itu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (UU PSK).

Namun, putusan majelis hakim PN Bandung tersebut merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Restitusi bagi Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana.

Dia mengatakan PP tersebut tidak mengenal istilah pihak ketiga. Sementara, dalam kasus Herry Wirawan, negara bukan pihak ketiga karena negara tidak ada hubungannya dengan perbuatan pidana pelaku.

“Kalau negara jadi pihak ketiga, apakah negara berkontribusi terjadinya tindak pidana ini?” tanyanya.

Dia menjelaskan pihak ketiga yang dimaksud dalam UU Nomor 43 Tahun 2017 itu harus memiliki hubungan hukum secara jelas dengan pelaku. Dalam kasus Herry Wirawan, dia mengatakan keluarga atau yayasan lembaga pendidikan milik terpidana yang harus bertanggung jawab membayar ganti rugi korban.

Terkait argumentasi hakim yang mengatakan bahwa tugas negara adalah melindungi dan menyejahterakan warga negara, dia menilai hal itu tidak bisa dilihat dari konteks restitusi korban Herry Wirawan.

“Jadi jangan hanya melihat dalam konteks material atau harus ada uang yang dibayarkan kepada korban,” ujarnya

Di luar hal tersebut, katanya, negara sudah hadir melalui LPSK dengan program perlindungan, Dinas Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak atau UPT PPA Jawa Barat dan bantuan lainnya. (ant/rit)

 

 

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan