Membludaknya Sampah Pasar Parakanmuncang Belum Tertangani

SUMEDANG – Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) di Pasar Parakanmuncang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang selalu jadi sorotan setiap harinya.

Bagaimana tidak, tumpukan sampah yang kerap menggunung bahkan tak jarang membludak sampai tercecah ke ruas jalan, menjadi keluhan masyarakat.

Selain kotor, sampah yang menggunung di TPSS Pasar Parakanmuncang setiap usai diguyur hujan selalu mengalirkan cairan limbah pedagang dan rumah tangga, sehingga menambah aroma busuk semakin pekat.

Pemandangan sampah yang menggunung itu telah menjadi konsumsi sehari-hari warga Cimanggung. Selain terlihat kumuh, TPSS Pasar Parakanmuncang dikhawatirkan dapat menimbulkan potensi penyakit terutama pasa musim hujan saat ini.

Terkait hal tersebut, pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumedang mengklaim sudah berupaya maksimal dalam penanganan sampah di TPSS Pasar Parakanmuncang

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Sekdis DLHK) Kabupaten Sumedang, Hermawan menyampaikan, penyisiran sampah di TPSS Pasar Parakanmuncang terus diupayakan supaya tidak menggunung.

“Sekarang itu yang memperngaruhi (penyisiran sampah) karena jauh dari Cimanggung ke Cibereum,” kata Hermawan melalui panggilan telepon, Jumat (26/11).

“Jarak tempuh selama ini sangat mempengaruhi, jadi intensitas waktunya jadi kendala,” tambahnya.

Diketahui, Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Cibereum yang disebut oleh Hermawan itu berlokasi di Desa Cibeurem, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang.

Kendati sudah diupayakan secara maksimal, Hermawan berujar, pengurangan debit sampah di Pasar Parakanmuncang tak semudah membalilkan telapak tangan.

Tak hanya terkendala jarak, dijelaskan Hermawan, kurangnya armada pengangkut sampah di Kabupaten Sumedang juga menjadi faktor yang mempengaruhi dalam pengurangan volume sampah termasuk di TPSS Pasar Parakanmuncang.

“Permasalahan sampah, kita baru bisa pengurangan jumlah sampah. Karena dari 26 kecamatan, Sumedang hanya memiliki 12 armada,” pungkas Hermawan.

“Paling tidak punya 26 armada, satu kecamatan satu armada. Inginnya (dari 12 armada) setiap tahunnya itu armada bertambah, tapi realisasinya sulit,” tutupnya. (mg5)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan