Kaum LGBT di Afganistan Terancam Hukuman dari Taliban

JAKARTA – Sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus lalu, masyarakat terutama warga minoritas seperti kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) semakin takut keamanan mereka terancam.

Taliban menganggap, kaum LGBT dianggap menyimpang dari nilai agama dan rezim Taliban kerap menjatuhkan hukuman yang tak manusiawi kepada para pelanggar hukum Islam.

Gay dan lesbian memang telah lama dianggap sebagai tindakan ilegal di bawah Hukum Pidana Afghanistan 2017. Hukuman mati secara teknis diizinkan untuk menindak para pelanggar di bawah konstitusi tersebut.

Namun, menurut kelompok advokat kaum LGBT+, ILGA-World, Afghanistan tidak pernah menggunakan hukuman mati terhadap para kaum pelangi itu sejak 2001. Namun, di bawah rezim Taliban, kaum LGBT khawatir hukuman mati akan kembali diterapkan.

Dikutip Reuters, selama Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996-2001 lalu, kelompok itu terkenal kejam terhadam kaum LGBT. Saat itu, Taliban dilaporkan kerap mengeksekusi kaum gay dengan cara digantung, ditembak mati, atau dipukul batu sampai meninggal dunia.

Kaum LGBT juga kerap dihukum dengan ditindih dengan dua tembok yang didorong oleh tank sampai meninggal.

Ketakutan itu semakin nyata setelah salah pada Agustus lalu, satu petinggi Taliban yang diangkat menjadi hakim, Gul Rahim, mendukung penerapan hukuman-hukuman brutal itu kepada kaum LGBT.

“Bagi kaum homoseksual, hanya ada dua hukuman: apakah itu rajam, atau dia harus berdiri di antara sebuah tembok yang akan menindihnya. Tembok itu harus setinggi 2,5-3 meter,” kata Rahim kepada koran Jerman, Bild, pada Juli lalu.

“Bagi Taliban (hukuman brutal) seperti ini sangat normal,” sambungnya.

Meski begitu, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari Taliban apakah hukuman seperti itu memang akan diterapkan lagi terhadap kaum LGBT di Afghanistan.

Namun, sejak Taliban kembali kepucuk kekuasaan, sebagian besar kaum LGBT Afghanistan memilih bersembunyi karena takut hidupnya terancam.

“Saya merasa sangat tidak nyaman dan aman, hanya bisa menangis dan berpikir ‘apa yang akan terjadi?” kata seorang kaum LGBT di Kabul berusia 21 tahun yang dirahasiakan identitasnya kepada Reuters.

Dia mengatakan jauh sebelum Taliban berkuasa, Afghanistan sudah bukan menjadi tempat yang aman untuk hidup bagi kaum LGBT.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan