Pergantian Nama Jabar Bergulir Kencang

BANDUNG – Pengamat Politik dan Ilmu Pemerintahan Universitas Parahyangan (Unpar) Prof Asep Warlan Yusuf mengatakan perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Tatar Sunda bakal menuai polemik di berbagai tokoh di Jabar.

“Tidak sedikit orang yang menentang itu, mengapa mereka menentang atau kurang setuju pada perubahan nama. Secara ekonomi semua nama-nama akan diubah jadi sunda,” kata Prof Asep saat dihubungi, Selasa (13/10).

Dampaknya, kata dia, akan membuat efisien penghamburan. Sebab, dokumen-dokumen yang mengatasnamakan Jawa Barat akan menyulitkan para penggerak di bidang ekonomi.

“Termasuk juga dalam peta, sudah Jawa Barat kalau diubah lagi peta akan mengubah lagi nama itu. Sehingga ini akan menyulitkan mereka yang akan bergerak di bidang bisnis secara pergaulan internasional itu akan menyulitkan itu,” katanya

Dijelelaskannya, perubahan nama menjadi Sunda akan menyebabkan primodial. Karena Jabar punya Cirebon dan DKI yang berdekatan.

“Nah itu bukan sunda saja karena Cirebon itu jawa bukan sunda, nah betawi juga bukan sunda. Misalnya dia di Bekasi atau di Depok itu sudah mengarah ke betawi ke jakarta secara geografis ada di jawa barat,” jelasnya.

“Lalu ketika sudah diganti. Apakah ada jaminan Jabar itu berubah? Jangan sesudah itu sama gini-gini saja,” tegasya.

Iapun menyampaikan, secara geografis Jabar bukan lagi yang paling barat di Pulau Jawa ini. Sehingga sudah tidak lagi di Barat. Sebab, sudah ada Banten.

“Kalau dilihat geografi penamaan dengan fakta geografi tidak cocok tidak pas sehingga ini perlu ada perubahan nama itu.,” katanya.

Dari sisi geopolitik dan dari sisi kultural, kata dia, bahwa mudah-mudahan dengan nama sunda itu menumbuhkan motivasi, menginspirasi bahwa masyarakat sunda itu memiliki wilayah yang semula hanya sekedar memiliki penduduk kemudian memiliki sumber daya alam memiliki potensi sumber manusia.

“Kultur kita itu adalah kultur kesundaan sosial budaya kita adalah itu harus nyambung dengan identitas itu, contohnya irian jaya jadi papua, aceh jadi darussalam nah itu adalah inginnya masul sosiobudaya, nama itu tidak hanya fisik tapi dia punya wilayah juga tidak hanya pada fisik orang tapi ada wilayah juga gitu ada kulturnya juga begitu,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan