BANDUNG – Ikatan Alumni Insitut Teknologi Nasional (IA Itenas) menawarkan kepada Pemkot Bandung beberapa alat untuk pengelolaan sampah.
Peneliti IA Itenas, Ibrahim menyatakan teknologi pengolahan sampah ini diberikan nama Gasifier Ikatan Alumni Itenas (Gasiknas).
Menurutnya, alat ini lebih baik dari insenerator. Sebab, mampu memproses sampah tanpa harus pemilahan seperti halnya. Gasiknas dibuat dalam empat model. Setiap modelnya memiliki kapasitas pengolahan berbeda. Mulai dari skala kecil yakni Gasiknas 1 untuk skala rumah tangga hingga Gaskinas 4 dengan kemampuan pengolahan berskala besar seperti di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Komposisi sampah di Jabar 60 persen lebih organik basah, kalau sistem insenerator itu kendala harus pilah lagi. Ini hanya pengeringan, menghilangkan cairan inti, terus diproses dan dimasukan,” kata Ibrahim di Pendopo Kota Bandung, Jalan Dalemkaum, Kamis (31/1).
Ibrahim menuturkan, kelebihan lain dari Gasiknas lebih ramah lingkungan. Sebab, gas buang lebih bersih dan tidak perlu lagi peralatan untuk mengelola gas buang.
’’Jadi mengupayakan gas hasil pembakaran tidak terlepas ke lingkungan, dengan teknologi ini gas dioksin tidak ada yang keluar sama sekali. Jadi gasnya kita cairkan semua dan menjadi bio oil,” ujarnya.
Ibrahim mengaku, Gasiknas lebih efisien karena tidak memakan tempat besar. Saat ini, dan sudah melalui tahap pengujian laboratorium dan sudah mulai dibuatkan ‘pilot project’.
Sementara itu, Wali Kota Bandung, Oded M Danial menilai teknologi dari IA Itenas pada prinsipnya masih menggunakan sistem sama dan akan menugaskan PD. Kebersihan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) untuk menindaklanjut penelitian dari IA Itenas tersebut.
“Prinsipnya semua teknologinya hampir sama, tapi saya sudah minta untuk diprosres. Karena siapapun warga Bandung atau komunitas yang peduli, akan kita tampung dan akan kita jajaki kerjasamannya,” kata Oded.
Sementara itu, Direktur Utama PD. Kebersihan Deni Nurdyana Hadimin menuturkan, pihaknya akan menggelar koordinas lebih intensif bersama IA Itenas. Pertemuan lanjutan akan membahas teknis sistem pengolahan Gasiknas.
“Tadi saya diundang di Arcamanik karena katanya teknologi ini sudah diterapkan di sana. Dalam dua tiga hari saya akan coba terus ke sana. Berapa kapisitasnya, jenis sampahnya seperti apa, berapa biayanya, lahan yang diperlukan berapa,” tutur Deni.