Survivor Tsunami, Haikal Motor Disaster Prevention

Sebanyak 34 pemenang Alpha Zetizen of the Year telah terpilih. Tiga di antaranya, Muhammad Haikal Razi, Jessica Pratiwi Yahya, dan Muhammad Ridwan, ternyata pernah menyimpan kisah hidup yang pahit.

IRMAWATI KHOIRUNNISA, NENA ZAKIAH, Surabaya

TIGA belas tahun berlalu, tetapi pengalaman pahit akibat bencana tsunami Aceh pada 2004 masih membekas di ingatan Muhammad Haikal Razi. Ya, petaka yang sempat menerjang Aceh pada 2004 telah membuat Haikal, Alpha Zetizen Aceh, kehilangan keluarganya Meski begitu, dia tetap semangat melanjutkan hidup. Haikal bahkan melakukan banyak hal positif buat orang di sekitarnya.

Pagi itu langit sedikit mendung ketika Haikal harus berbagi kisah sedihnya. Pada hari terakhir Zetizen Summit 2017, Haikal terlihat duduk di lobi Grand Whiz, Trawas. Dengan pembawaan yang tenang, dia mulai menceritakan kisah sedihnya.

”Pada 26 Desember 2004, tsunami menerjang Aceh. Karena itu, saya terpaksa kehilangan orang tua dan abang saya,” ceritanya dengan mata berkaca-kaca.

Haikal menuturkan, sehari sebelumnya dirinya pergi menginap ke rumah neneknya yang berada jauh dari pesisir. Dia tidak pernah menyangka hal itu akan menyelamatkannya dari bencana terbesar sepanjang sejarah tersebut.

”Saya selamat, tapi orang tua saya tak ditemukan dan rumah saya rata dengan tanah. Saya benar-benar kehilangan semuanya saat itu,” katanya.

Kejadian tersebut membuat Haikal kalut. Umurnya baru 5 tahun dan dia tidak mau pergi ke sekolah karena takut meninggalkan rumahnya. Haikal masih khawatir kalau tiba-tiba gempa datang dan memisahkannya dari keluarganya sekali lagi.

”Kelas I-III SD saya tidak mau sekolah. Saya takut kalau bencana datang dan saya nggak sama keluarga saya,” ujarnya.

Namun, berkat dukungan keluarga dan teman-temannya, perlahan Haikal bisa bangkit. Itulah yang membuat Haikal beranjak dari trauma masa lalunya. Bahkan, dia tidak ingin ada anak lain yang harus merasakan apa yang dirasakannya.

”Saya tidak ingin ada Muhammad Haikal Razi lain. Karena itu, aku melakukan sosialisasi dan simulasi penanggulangan bencana agar mereka tahu apa yang harus dilakukan ketika bencana datang,” tegas remaja yang kini hidup dengan kakak dari ibunya tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan