Jangan Berharap Keajaiban, Tapi Ciptakan Sistem

”Jadi jangan berharap ada keajaiban. Tapi harus melakukan pemutakhiran dengan cara menciptakan sistem yang melindungi petani,” sambungnya.

Suami dari Atalia Prata Prawira mengatakan, saat ini sedang melatih sekitar 30 pemuda dari sejumlah kelurahan di Kota Bandung yang didik secara pengelolaan serta pemasaran pertanian. Jika sudah dinyatakan lulus, maka mereka wajib untuk menyebarkan ilmu tersebut kepada masyarakat lain di Kota Bandung.

”Nah, itu kan di Bandung. Sementara untuk Jabar saya masih belum bisa melakukan hal itu. Kalau boleh saya meminta tolong, kirim 15 orang pemuda, khususnya anak petani dari daerah di Jabar untuk disuruh belajar di sini. Ilmu dan keberhasilannya, untuk mereka dan daerah mereka,” paparnya.

Yang kedua, satu kampung satu produk. Jika saja dalam 100 desa masing-masing memiliki satu produk unggulan yang bersaing, maka bukan tidak mungkin warga per kampung akan terdorong secara ekonomi. ”Sebab, penyalur dan pembelinya sudah jelas. Pemasarannya tetap via online,” kata dia sambungnya sambil menantang kepada pimpanan dan direksi Jabar Ekspres Group untuk memberikan potensi-potensi daerah yang bisa dikembangkan.

Itu yang berkaitan dengan menyejahterakan kampung. Program yang ketiga adalah menyejahterakan pesantren. Dia mengaku, saat ini sistem menyejahterakan pesantren tersebut sudah dipikirkan dengan matang.

Lulusan Institut Teknologi Bandung dan University of California, Berkeley itu mengatakan, para santri harus dan mereka mau untuk diberdayakan untuk lapangan kerja. Meski mereka masih dalam ruang lingkup pesantren. ”Dalam arti, meski mereka masih nyantri pun bisa produktif. Salah satunya bisa memproduksi beragam desain,” tuturnya.

Dia mencontohkan. Cukup dengan duduk di depan komputer, seorang santri yang kreatif bisa menjual beragam desain mereka. Tidak hanya untuk dalam negeri. Bila didampingi dengan cara pemasaran yang baik, maka mereka pun bisa menciptakan atau mencari pasar potensial dari luar negeri.

”Jadi secara ibadah mereka tidak terganggu, secara produktivitas mereka juga menghasilkan,” ucapnya.

Ayah dua anak ini menyebutkan, saat ini di beberapa negara seperti Kuala Lumpur atau Singapura, Kota Bandung sudah ada outlet khusus yang dinamai Little Bandung. Di toko kecil dijual beragam handycraft asli Bandung yang diproduksi di Bandung. ”Orang luar negeri akhirnya tahu jika produk yang mereka beli itu merupakan hasil pemberdayaan masyarakat. Dan mereka (pembeli, Red) sangat antusias,” urainya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan