Delegasi Asing Kepincut Model Penggabungan Metode Pengobatan

Pendekatan holistik di dunia kesehatan bukan barang baru lagi. Tapi, memang belum banyak yang mempraktikkan. Dari yang sedikit itu, Klinik Eny di Bantul, Jogjakarta, merupakan salah satu yang tergolong unik dan menarik. Sejumlah negara akan menirunya.

ZALZILATUL HIKMIA, Jogjakarta


 

”Jogja… Jogja… Tetap istimewa… Istimewa negerinya, istimewa orangnya…” Alunan lagu milik Jogja Hiphop Foundation itu langsung menggelitik telinga begitu memasuki kompleks Klinik Eny di Jalan Mojosari Raya, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Jogjakarta. Klinik yang begitu khas dengan nuansa Jawa, mulai bangunan yang bergaya joglo hingga musik gamelan yang selalu mengalun di sudut ruangannya.

Seolah terhipnotis, rombongan Joint Learning Network (JLN) dari Malaysia, Vietnam, India, Amerika Serikat, Ghana, dan beberapa negara lain yang mengunjungi klinik itu Kamis lalu (2/3) seketika bergerak menuju sumber suara. JLN adalah global community yang terdiri atas praktisi dan pembuat kebijakan yang beranggota 27 negara. Komunitas itu dibentuk untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan sistem maupun sumber daya agar mampu menjawab tantangan praktis reformasi sistem kesehatan untuk mencapai universal health coverage (UHC). Selama beberapa hari JLN mengadakan pertemuan tahunan di Jogja. Juga, agenda kunjungan ke Klinik Eny itu merupakan rangkaian kegiatan mereka.

Senyum para delegasi langsung mengembang begitu sampai di pelataran belakang klinik pengobatan milik dr Eny Iskawati tersebut. Bukan aksi nyanyi Marzuki Mohamad alias Kill the DJ, pentolan Jogja Hiphop Foundation, di atas panggung yang membuat mata rombongan berbinar-binar. Melainkan aksi 40 orang lanjut usia (lansia) yang sedang melenggangkan gerakan senam Jogja Istimewa. Maklum, pemandangan itu hal baru bagi delegasi JLN.

Di depan tamunya, para lansia bergantian unjuk gigi. Seusai lansia perempuan tampil, langsung lansia pria tak mau kalah. Mereka memperlihatkan keluwesan melakukan gerakan lontang. Seperti orang menari, jari tangan mereka ngrayung sambil digerakkan ke depan dan belakang. Maju mundur. Aksi itu ditutup dengan gerakan pijat-pijatan. Bergantian.

Melihat itu, perwakilan dari Ghana Dr Koku Awoonor-Williams tak mau tinggal diam. Dia langsung menyelinap dalam barisan. ”Wow, this is nice,” ujarnya sambil merem melek karena mendapat pijatan dari belakang. Seolah begitu menikmati pijatan di pundaknya.

Tinggalkan Balasan