Delegasi Asing Kepincut Model Penggabungan Metode Pengobatan

Eny juga mempelajari beberapa bahasa daerah. Salah satunya bahasa Madura. Menurut dia, menguasai bahasa daerah itu penting sebagai alat komunikasi. Apalagi, pasiennya datang dari berbagai etnis.

’’Ini agar komunikasi kami bisa berjalan baik. Paling tidak, pasien juga senang kalau kita bisa menimpali obrolan dengan bahasa ibu mereka. Meski tidak terlalu mahir,” ungkapnya.

Dibutuhkan waktu hingga setahun hingga akhirnya pada 2012 Prolanis Husada Mulia akhirnya resmi berjalan. Tapi, lagi-lagi, jadwal kunjungan untuk bisa melakukan olahraga bersama dan menjalani cek kesehatan tidak dipatuhi. Jumlah pasien prolanis yang datang bisa dihitung jari. Apalagi bila musim hujan, tidak bisa berharap banyak mereka mau datang.

Pantang menyerah, Eny kembali putar otak. Dia berusaha mencari cara agar pasiennya mau sregep (rajin). Dia lalu memutuskan melakukan home visit (kunjungan ke rumah pasien). Dengan begitu, dia bisa tahu persoalan pasien di rumah.

Setelah itu, Eny berinisiatif membuat grup WhatsApp. Cara tersebut menjadi sarana untuk mengingatkan jadwal senam setiap Sabtu sore, edukasi prolanis sebulan sekali, pemeriksaan pap smear 3 bulan sekali (bagi perempuan), dan pemeriksaan tulang 3 bulan sekali. Tak lupa, Klinik Eny juga menyiapkan minuman jamu-jamuan, mulai wedang jahe, wedang uwuh, beras kencur, kunir asam, wedang secang, yang bisa diminum pasien saat pertemuan.

Kadang, Eny yang dibantu rekannya, dr Lilis Siti A. dan dr K. Sakti, mengganti suasana dengan mementaskan pertunjukan wayang. Limbuk-Bagong jadi tokoh andalan. Dia mengubah alur cerita jadi berbau kesehatan. Memasukkan penyakit-penyakit yang diderita kebanyakan pasiennya dan cara hidup sehat agar penyakit tak mudah kambuh dalam ceritanya.  ’’Caranya, biar cepat masuk, kita jangan menggurui. Itu kuncinya,” tegasnya.

Jerih payah Eny mulai membuahkan hasil. Sugeng, 65, salah seorang pasiennya, kini mengaku jauh lebih sehat. Pria yang menderita diabetes dan hipertensi itu merasa kondisi badannya semakin baik setelah aktif berkegiatan di Klinik Eny. Dahulu dia hanya sibuk mengonsumsi obat-obatan untuk meredam penyakit.

’’Baru 2008 saya tahu kena diabetes dan hipertensi. Ya, minum obat, ke dokter. Tapi, setelah ikut ini (aktivitas di Klinik Eny) jadi lebih enak. Semangat juga,” tutur bapak tiga anak itu.

Tinggalkan Balasan