Dibajak Saat Kerja, Warga Pangandaran Jadi Tahanan Abu Sayaf

bandungekspres.co.id, TASIK – Dede Irfan Ilmi, 25, warga Dusun Cisempu RT 08/03 Desa Ciparanti Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran menjadi salah satu sandera kelompok Abu Sayaf di perairan perbatasan Malaysia-Filipina.

Kemarin (19/4), pihak keluarga Dede Irfan menjelaskan bahwa mereka menerima informasi penyaderaan anggota keluarga mereka dari perusahaan, tempat Dede bekerja, Sabtu (16/4) dinihari.

”Sekitar pukul 00.30, PT Global perusahaan tempat anak saya bekerja menelepon saya katakanya anak saya ada yang membajak di perbatasan Malaysia-Filipina pada pukul 18.30 waktu setempat,” tutur Ano Suharno, 40, orang tua Irfan kepada Radar Tasikmalaya (grup Bandung Ekspres) saat ditemui di rumahnya, kemarin (19/4).

Ano mengaku kaget mendengar kabar mengejukan tersebut. ”Saya langsung lemes, bahkan ibunya dua hari ini tidak berhenti menangis,” ujarnya.

Selain dihubungi pihak perusahaan, dirinya juga dihubungi oleh pihak yang mengaku dari TNI. ”Mereka bilang saya harus sabar karena untuk menyelesaikan masalah ini perlu beberapa hari. Mereka juga berpesan agar jangan sampai diberitakan di media massa terutama media online karena akan menjadi keuntungan mereka (kelompok Abu Sayaf, Red),” tuturnya.

Ano menceritakan, anaknya bekerja di perusahaan tersebut sejak delapan bulan lalu, tidak lama setelah lulus dari BP2IP Tanggerang. ”Perusahaan tempat anak saya bekerja memang bergerak di bidang pengiriman batu bara dari Kalimantan menuju ke Filipina,” ujarnya.

Dikatakannya, perusahaan berjanji akan membebaskan para awak yang disandera. ”Perusahaan akan mengupayakan untuk membebaskan anak saya,” ungkapnya.

Lanjut Ano, anaknya disandera bersama tiga rekannya yang merupakan perwira kapal. ”Anak saya itu mualim dua, rekannya yang ikut disandera itu kapten kapal, nahkoda dan mualim satu,” tuturnya.

Juhana, 45, ibu Dede Irfan Ilmi mengatakan, tiga minggu lalu anaknya sempat pulang. Saat itu, bertepatan dengan disanderanya sepuluh kru kapal di perairan yang sama. ”Anak saya waktu itu menyakinkan saya untuk tidak khawatir, kataknya di perairan tersebut sudah banyak yang patroli jadi aman,” ungkapnya.

Dikatakannya, kontak terakhir dengan anaknya sekitar delapan hari sebelum pembajakan. ”Kalau mau berlayar biasanya anak saya sms minta doa, kemarin sebelum dibajak juga sms sudah di Kalimantan dan mau ke Filipina membawa batu bara,” tuturnya. Dirinya berharap anaknya bisa selamat dari penyanderaan tersebut. (oby/jpg/fik)

Tinggalkan Balasan