Agar Produk Luar Tak Berpesta di Rumah Kita

[tie_list type=”minus”]Shinta Widjaja Kamdani tentang Penguatan Pasar Domestik[/tie_list]

Konsumsi domestik selalu menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Daya dorong sektor konsumsi pun diproyeksikan terus membesar seiring dengan akselerasi pertumbuhan masyarakat kelas menengah.

—-

 Shinta Widjaja Kamdani
Shinta Widjaja Kamdani

Sinar optimisme berpendar kuat dari benak owner sekaligus CEO Sintesa Group Shinta Widjaja Kamdani. Sebuah keyakinan bahwa Indonesia akan tumbuh menjadi salah satu kekuatan ekonomi, bukan hanya di Asia, tapi juga dunia.

”Banyak proyeksi tentang kebangkitan ekonomi Indonesia. Saya percaya itu,” ujarnya saat ditemui di kantor Sintesa Group pada Desember 2015.

Pebisnis yang pada 2012 dan 2013 masuk jajaran Asia’s 50 Powerful Businesswoman atau 50 perempuan pengusaha paling berpengaruh di Asia versi Forbes itu pun menyebut hasil riset lembaga konsultan ternama, Boston Consulting Group (BCG). Pada 2013, BCG memang merilis hasil riset yang menjadi perhatian investor global. Itu terkait dengan proyeksi bahwa jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia yang pada 2013 sekitar 74 juta orang bakal melonjak hingga dua kali lipat sehingga menjadi 140 juta orang pada 2020.

Yang menarik, BCG juga menyebut fakta bahwa masyarakat kelas menengah di Indonesia memiliki level optimisme yang sangat tinggi, jauh di atas level kelas menengah di emerging market lain dari kelompok BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China). Karena itu, BCG pun tanpa ragu menyebut Indonesia sebagai Asia’s Next Big Opportunity atau peluang besar lain di Asia. ”Dengan bonus demografi dan potensi ekonomi yang kita miliki, proyeksi BCG memang realistis,” kata Shinta.

Besarnya pasar kelas menengah memang menggiurkan. Ibarat raksasa lapar, kelompok itu akan menyerap beragam produk, mulai otomotif, gadget, fashion, makanan dan minuman, hingga berbagai jasa. Di mata Shinta, besarnya potensi itu menjadi peluang besar bagi pelaku usaha domestik. Namun, di tengah era perdagangan bebas, peluang besar tersebut sekaligus menjadi incaran pelaku usaha asing untuk menancapkan kuku penetrasi di Indonesia.

Menurut dia, tantangan nyata masa depan ekonomi Indonesia ada di depan mata. Yakni, bagaimana mengoptimalkan potensi besarnya pasar agar bisa dinikmati pelaku usaha domestik. ”Artinya, produk dalam negeri harus bisa menang dalam kompetisi. Jangan sampai produk luar yang justru berpesta di rumah kita,” ucap pebisnis kelahiran Jakarta, 9 Februari 1967, yang kini memimpin 17 perusahaan di bidang properti, industri manufaktur, energi, dan consumer product tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan