Agar Produk Luar Tak Berpesta di Rumah Kita

Karena itu, daya saing menjadi mantra ampuh yang bakal menentukan sukses atau tidaknya produk Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Apalagi, papar Shinta, pada era globalisasi ini, skema perdagangan bebas akan kian luas. Misalnya, setelah ASEAN-China Free Trade Agreement, mulai akhir Desember 2015 skema pasar bebas ASEAN (Masyarakat Ekonomi ASEAN) juga efektif berlaku.

Pebisnis yang menduduki posisi wakil ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia serta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu mengakui, Indonesia masih harus bekerja keras meningkatkan daya saing. Dia menyebut, minimnya infrastruktur maupun rumitnya deregulasi memicu ekonomi biaya tinggi.

Dia mencontohkan, rata-rata pelaku usaha di Indonesia harus menanggung biaya transportasi hingga 20 persen dari harga produk. Padahal, di beberapa negara ASEAN lainnya, biaya transportasi bisa ditekan di kisaran 7 persen. Akibatnya, dengan kualitas sama, harga produk asal Indonesia bisa lebih mahal jika dibandingkan dengan produk impor. ”Ini yang saya sebut tantangan di depan mata,” ujar presiden Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) tersebut.

Namun, Shinta menyatakan bahwa para pelaku usaha di Indonesia adalah jenis yang tahan banting. Karena itu, meski bertahun-tahun menghadapi beragam kendala, mereka tetap mampu bertahan, bahkan bertumbuh. Karena itu, gelora optimisme tak pernah redup.

Salah satu alasannya adalah gerak pemerintah di era Jokowi-JK, yang dinilainya sangat paham dengan mendesaknya kebutuhan perbaikan iklim investasi. Latar belakang keduanya sebagai pengusaha, menurut Shinta, menjadi salah satu kunci. Selain itu, keberanian politik untuk mengambil tindakan yang tidak populer seperti mengalihkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) ke sektor infrastruktur maupun deregulasi dan debirokratisasi layak diapresiasi. ”Setidaknya gerak pemerintah sudah benar, tinggal terus didorong agar geraknya makin cepat,” katanya.

Lulusan Barnard College Columbia University dan Harvard Business School Executive Education (AS) itu kini memang tak hanya bersuara di luar sistem sebagai pengusaha. Kini dia ada di dalam sistem setelah diminta Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk memperkuat tim ahli bidang ekonomi di kantor Wapres. Dia menyebut keterlibatannya di tim ahli Wapres sebagai bagian dari national service-nya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan