Petani Holtikultura Kalah Saing jelang MEA

bandungekspres.co.id – Kontak Tani dan Nelayan Andalan Jawa Barat mendorong pemerintah untuk menggenjot benih hortikultura bersertifikat guna mendongkrak pasar produksi hortikultura di level era masyaraket ekonomi ASEAN (MEA).

Ketua Kontak Tani dan Andalan Nelayan (KTNA) Jabar Rali Sukari mengatakan, saat ini produksi hortikultura dalam negeri masih cenderung kalah bersaing di negara ASEAN. Hal ini akibat sertifikasi benih yang digunakan para petani belum menyeluruh diberlakukan.

”Produksi holtikultura negeri kita harus bisa menebus pasar ASEAN,” katanya kepada wartawan saat dihubungi kemarin.

Rali mengungkapkan, apabila sertifikasi benih diperbanyak untuk masing-masing komoditas hortikultura, seperti buah-buahan dan sayuran maka produksi para petani Jabar akan lebih berkualitas.

”Produksi hortikultura dalam negeri sudah berkualitas. Namun pelabelan sertifikasi ini belum banyak dilakukan,” ungkap Rali.

Rali menjelaskan, sementara untuk produk impor dari Negara-negara ASEAN mayoritas sudah disertifikasi. Sehingga konsumen lebih memilihnya. Menurut dia, jangan sampai masih minimnya sertifikasi yang dilakukan terhadap benih hortikultura diklaim oleh negara lain. Sebab, sudah ada beberapa komoditas yang diklaim negara lain padahal sebenarnya milik Indonesia.

”Seperti tanaman hias ada yang diklaim oleh Singapura, padahal itu milik Indonesia. Jangan sampai ini terjadi ke komoditas lainnya,” pungkasnya.

Sementara itu, Adhi S. Lukman, ketua umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) memaparkan, banyak industri makanan dan minuman yang menggunakan produk hortikultura, seperti buah-buahan dan sayuran.

Untuk itu, pihaknya membutuhkan konsentrat buah-buahan. Namun sayangnya masih banyak impor seperti puree mangga. ”Selain ketersediaan bahan baku yang tidak kontinyu sepanjang tahun, petani juga harus meningkatkan daya saing dan mutu produknya,” ujarnya.

Adhi menegaskan, di Indonesia terkenal produksi manga yang enak tapi hanya cukup untuk konsumsi, tidak cukup untuk produksi. Sementara mangga dari India, Taiwan, dan Filipina mutunya bagus dan standar serta hampir setiap tahun selalu ada stok. Meski tanaman musiman, tapi mereka bisa menggunakan teknologi untuk memperpanjang daya simpan sehingga bisa dijual sepanjang tahun.

”Kuncinya, bagaimana kolaborasi dari petani sampai pengguna bisa membuat produk-produk hortikultura tersedia sepanjang tahun,” tegas Adhi. (dn/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan