Proses Harus Cepat, Tiap 5 Meter Ganti Orang

[tie_list type=”minus”]

Sayogo Supriantoro, Pengepul dan Pengolah Limbah Nuklir

[/tie_list]

Semua kegiatan pemanfaatan teknologi nuklir menghasilkan limbah radioaktif. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah itu bisa berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Mengolahnya dengan benar menjadi tugas berat Sayogo Supriantoro dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

M.Hilmi Setiawan, Serpong

[divider style=”dotted” top=”20″ bottom=”20″]

Sayogo Supriantoro
HILMI SETIYAWAN/JAWAPOS

RISIKO TINGGI: Sayogo Supriantoro saat ditemui di Kantor Batan Serpong, Rabu (15/10) lalu.

SAYOGO Supriantoro tiba di kompleks Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, bersama personel komplet. Selain beberapa petugas limbah radioaktif, dia dikawal tim proteksi radiasi dan petugas satuan pengamanan (satpam) yang dilatih khusus.

Mereka berangkat dari kantor Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Batan di kompleks Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong dengan mobil boks. Mobil itu terlihat biasa saja. Tidak ada logo khusus bahwa mobil tersebut merupakan kendaraan pengangkut limbah nuklir.

”Awalnya berjalan lancar. Kami tiba di rumah sakit di kawasan Salemba itu tidak diikuti respons apa pun dari seluruh pengunjung,” ungkap Sayogo.

Itulah salah satu kisah yang terjadi sekitar 10 tahun lalu. Ketika itu, Sayogo dan rekannya bertugas mengambil aneka sampah medis yang termasuk kategori limbah radioaktif. Mulai tabung suntik, jarum suntik, hingga ampul bekas bahan berbasis isotop. Bahan berbasis isotop tersebut merupakan produk turunan dari teknologi nuklir.

Salah satu fungsi isotop di dunia medis adalah untuk mengecek kondisi kesehatan ginjal pasien. Cairan isotop disuntikkan ke dalam tubuh, kemudian terbawa hingga ginjal. Lalu, dokter akan menggunakan alat khusus untuk mendeteksi kesehatan ginjal dari radiasi yang dihasilkan isotop di dalam ginjal tersebut.

Seluruh barang yang terkait dengan penggunaan isotop itu otomatis termasuk kategori limbah radioaktif. ”Limbah itu saya angkut ke mobil boks, kemudian dibawa ke PTLR Batan Serpong,” kata suami Umi Duta Dewi tersebut.

Namun, tanpa sepengetahuan Sayogo, tiba-tiba pengunjung RSCM panik. Penyebabnya, mereka mengetahui informasi adanya pengangkutan peralatan medis yang mengandung radiasi nuklir. Kondisi waktu itu benar-benar heboh.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan