JABAR EKSPRES – Aktivitas kegempaan di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) meningkat tajam dalam sebulan terakhir akibat pergerakan dua segmen aktif dari Sesar Lembang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung mencatat, enam kali gempa kecil mengguncang segmen Cimeta sejak 25 Juli hingga 20 Agustus 2025, dengan kekuatan berkisar magnitudo 1,7 hingga 2,3.
Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, mengatakan Sesar Lembang terbentang sepanjang 29 kilometer dan terbagi ke dalam enam segmen utama. Namun, saat ini hanya dua segmen di bagian barat, yaitu Cimeta dan Cipogor, yang menunjukkan aktivitas paling signifikan.
Baca Juga:Bandung Belum Beranjak dari Kategori Nindya dalam Kota Layak AnakMau Rambut Kuat dan Indah? Coba 5 Rekomendasi Vitamin Rambut Lokal Ini
“Segmen ini melintasi wilayah Kabupaten Bandung Barat, termasuk Kecamatan Ngamprah dan Cisarua, sehingga menjadikan kawasan tersebut paling berisiko terkena dampak guncangan gempa,” jelas Teguh dalam keterangan resminya, Jumat (29/8/2025).
BMKG memperkirakan potensi gempa maksimum yang dapat ditimbulkan dari aktivitas segmen Cimeta dan Cipogor mencapai magnitudo 5,5. Berdasarkan peta guncangan (shakemap), wilayah Bandung Barat berpotensi merasakan getaran setara V hingga VI MMI (Modified Mercalli Intensity), dengan percepatan tanah mencapai 62-120 gal.
Tingkat guncangan tersebut dapat menimbulkan kerusakan ringan, seperti runtuhnya plester dinding, jatuhnya genteng, hingga kerusakan pada cerobong asap bangunan pabrik.
“Getaran dengan kekuatan ini bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Bandung Barat. Banyak warga akan terkejut, panik, dan keluar rumah,” ujarnya.
Menyikapi kondisi ini, BMKG Bandung menekankan pentingnya mitigasi bencana dan kesiapsiagaan masyarakat maupun pemerintah daerah. Langkah-langkah yang perlu segera dilakukan antara lain, peningkatan kualitas bangunan agar tahan guncangan, pemasangan rambu-rambu evakuasi di kawasan padat penduduk, pemetaan mikrozonasi wilayah rawan, pelatihan keselamatan gempa bagi warga, penguatan mitigasi bencana berbasis komunitas, dan edukasi kebencanaan secara masif melalui sekolah, kampus, hingga desa.
“Walaupun potensi gempa saat ini diperkirakan maksimal magnitudo 5,5, kita tidak boleh lengah. Kesiapsiagaan adalah kunci utama untuk meminimalkan risiko dan kerugian,” tegas Teguh.
Untuk mendeteksi aktivitas kegempaan lebih dini, BMKG Bandung memanfaatkan jaringan sensor Indonesia Tsunami Early Warning System (INATEWS) serta sistem Lembang Framework.
Baca Juga:RUPSLB Tetapkan Pengurus Baru, PGN Mantapkan Langkah Strategis di Ekosistem Gas Bumi NasionalKomisi III Belum Diajak Membahas Resmi Pembentukan Super Holding BUMD
Pemantauan ini dilakukan secara real time guna memberikan informasi cepat kepada masyarakat apabila terjadi peningkatan signifikan pada pergerakan sesar.
