Korban Baru Dugaan Penipuan Modus Program MBG kembali Melapor Polres Ciamis

Ilustrasi pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Bandung beberapa waktu lalu. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
Ilustrasi pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Bandung beberapa waktu lalu. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Kasus dugaan penipuan yang menyelimuti Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Ciamis belum juga reda. Justru, kasus ini kembali mencuat dengan sembilan pengusaha catering terbaru yang melapor menjadi korban ke Polres Ciamis. Mereka mengaku menjadi korban penipuan yang didalangi oleh Paguyuban Jakwir, kelompok yang mengklaim diri sebagai penyelenggara resmi program MBG.

Di antara korban terbaru ini adalah Lia Amalia, seorang pengusaha catering. Ia bersama rekan-rekannya diiming-imingi kesempatan menjadi pemasok tetap dapur MBG. Janji proyek yang menggiurkan itu, kata Lia, sama sekali tidak terealisasi hingga memasuki Juli 2025. Yang lebih memperparah, para pengurus Paguyuban Jakwir diduga telah menghilang bak ditelan bumi.

Lia membeberkan rincian kerugian finansial yang ditanggungnya. Untuk bisa bergabung sebagai pemasok, ia diwajibkan membayar biaya administrasi sebesar Rp 5 juta per anggota. Belum cukup, ada lagi biaya tambahan yang diminta untuk pengurusan Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS), Sertifikat Halal, dan Uji Laboratorium senilai Rp 6 juta.

Baca Juga:Port FC Kalahkan Persib 2-0 di Laga Pembuka Piala Presiden 2025Kebun Binatang Bandung Tetap Beroperasi di Tengah Konflik Kepengurusan

“Waktu itu saya dapat informasi dari Kang Ujang, ada program MBG yang dihimpun oleh Jakwir. Saya harus membayar buat administrasi sebesar Rp.5 juta, dan mereka menjanjikan akan diberi jatah sekitar 300-500 porsi. Karena saya ingin usaha, yaa saya kasih saja,” ungkap Lia, Minggu (6/7/2025).

Iming-iming keuntungan yang disodorkan Jakwir terbilang menggiurkan. Lia menjelaskan, dari setiap porsi makan senilai Rp 15.000, ia dijanjikan mendapat keuntungan Rp 3.000 per porsi. “Kalau dihitung-hitung dari 500 porsi udah berapa kan yaa, pastinya saya juga tertarik. Namanya juga jiwa usaha, apapun itu selama masih bisa ditempuh, insya Allah bisa diusahakan,” jelasnya.

Namun, harapan itu pupus. Janji operasional program yang semestinya dimulai sejak Januari 2025 tak kunjung terwujud. Yang ada, Lia justru harus menggelontorkan investasi besar lainnya. Ia membangun dapur khusus sesuai standar ketat yang dipersyaratkan Paguyuban Jakwir dengan biaya mencapai Rp 30 jutaan.

“Saat itu pihak Jakwir mendesak saya untuk membereskan dapurnya, agar bulan Juni – Juli atau ajaran baru bisa langsung beroperasional,” kata Lia dengan nada kecewa. “Total kerugian saya sekitar Rp. 10 jutaan untuk biaya administrasi dan sertifikat, itu belum termasuk dapur senilai Rp. 30 jutaan,” tegasnya menambahkan.

0 Komentar