Reformasi Tumbuh Padi

Ketua Cisadane Resik Indonesia Sutanandika
Ketua Cisadane Resik Indonesia Sutanandika
0 Komentar

Oleh: Sutanandika
Ketua Cisadane Resik Indonesia

Sudah 27 tahun reformasi bergulir sejak 1998, tetapi kita masih harus bertanya dengan jujur: Apa yang sebenarnya telah berubah?

Reformasi lahir dari semangat menggulingkan rezim otoriter demi membangun sistem yang lebih demokratis, adil, dan manusiawi.

Ia membawa harapan besar tentang tegaknya supremasi hukum, terbukanya ruang partisipasi warga, serta perbaikan ekonomi dan sosial yang merata. Namun hari ini, kita menyaksikan kenyataan yang jauh dari harapan tersebut.

Harapan yang Tertinggal

Baca Juga:Penutupan Masa Sidang ke-II Tahun 2025, DPRD Kota Bogor Sampaikan Laporan KinerjaDorong Literasi Kreatif dari Microlibrary Asia Afrika

Korupsi masih menjadi penyakit menahun di tubuh birokrasi dan politik. Hukum masih tumpul ke atas dan tajam ke bawah.

Demokrasi mengalami kemunduran, menjelma menjadi prosedural belaka, hanya ritual lima tahunan tanpa kedalaman nilai.

Ditambah lagi, krisis lingkungan memburuk secara sistemik: hutan dibuka tanpa kendali, laut dipagari oleh kepentingan modal, sampah mencemari sungai dan pesisir, sementara reformasi agraria seringkali salah sasaran.

Reformasi yang dulu hidup dalam jerit dan harapan kini mulai kehilangan arah. Ia menjadi sunyi, digantikan oleh retorika kosong dalam upacara tahunan dan diskusi yang steril dari sikap kritis.

Kekuasaan Berganti, Masalah Tetap

Presiden boleh berganti, dari Habibie hingga Prabowo hari ini, tetapi akar persoalan tidak banyak berubah.

KKN tetap merajalela. Ketimpangan sosial semakin nyata. Kekuasaan semakin jauh dari rakyat dan dekat dengan modal.

Agenda reformasi seolah terhenti di tengah jalan.

Yang lebih menyedihkan, kerusakan lingkungan belum dianggap sebagai bagian dari krisis reformasi. Padahal keadilan ekologis adalah bagian tak terpisahkan dari keadilan sosial.

Baca Juga:Ojol Dinilai Bisnis Gagal, Pemerintah Diminta Bikin Aplikasi Sendiri!Terungkap! Jaringan Judi Online Kamboja Beroperasi di Jabar, Dua Tersangka Ditangkap

Ketika alam dihancurkan, maka kehidupan rakyat—khususnya kelompok rentan—menjadi taruhannya.

Padi yang Tumbuh Diam-Diam

Sebagian besar aktivis 98 memang tidak mengambil jalur politik atau kekuasaan. Tapi bukan berarti mereka diam.

Mereka bergerak di jalan sunyi, di akar rumput, di sektor pendidikan, lingkungan, ekonomi kerakyatan, dan penguatan generasi muda. Seperti padi, mereka tumbuh tanpa banyak bunyi, tapi memberi kehidupan.

Inilah wajah lain dari reformasi yang jarang disorot media. Wajah yang tidak memperebutkan panggung, tapi memilih jalan sunyi: menanam, mengajar, membersihkan sungai, mendampingi petani, dan membangun kesadaran baru tentang pentingnya merawat bumi.

0 Komentar