Fenomena Grup Inses di Media Sosial: Psikolog Ingatkan Bahaya Paparan Konten Menyimpang pada Kesehatan Mental

Fenomena Grup Inses di Media Sosial: Psikolog Ingatkan Bahaya Paparan Konten Seksual Menyimpang pada Kesehatan Mental
Fenomena Grup Inses di Media Sosial: Psikolog Ingatkan Bahaya Paparan Konten Seksual Menyimpang pada Kesehatan Mental
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Munculnya grup yang mempromosikan hubungan inses (hubungan sedarah) di media sosial seperti Facebook tengah menjadi perhatian serius publik. Grup ini tidak hanya eksis, tetapi juga berkembang dan menyebarkan konten-konten seksual menyimpang secara terbuka, tanpa filter usia ataupun perlindungan psikologis bagi anggotanya.

Para ahli psikologi di PT Martasandy Psychology Indonesia menilai, fenomena ini sebagai gejala mengkhawatirkan yang mencerminkan kerusakan norma sosial sekaligus lemahnya perlindungan terhadap kesehatan mental masyarakat, khususnya anak muda.

**Lingkungan Keluarga Bisa Jadi Akar Masalah**

Tenaga Ahli Psikologi PT Martasandy Psychology Indonesia, Mahadi Fitrah Habibullah, S.Psi menjelaskan, penyimpangan seksual seperti ketertarikan terhadap anggota keluarga (inses) bukan terjadi secara tiba-tiba. Salah satu faktor utamanya adalah latar belakang keluarga yang disfungsional.

Baca Juga:Jamin Keamanan Wilayah Jawa Barat, Kapolda : Kami akan Sikat Premanisme!Uang Lenyap Harapan Pupus: Puluhan Nasabah Tertipu Rp7.4 M, Tuntut Keadilan dari BMT Miftahussalam!

“Keluarga yang minim kasih sayang, penuh kekerasan, atau pengabaian bisa menyebabkan individu tumbuh tanpa pemahaman yang sehat mengenai kedekatan emosional. Dalam kondisi seperti itu, mereka rentan mencari keintiman atau afeksi melalui cara-cara yang keliru,”* ujarnya kepada Jabarekspres, Sabtu (16/5)

Tak hanya keluarga yang dingin atau kasar, menurutnya keluarga yang terlalu permisif pun bisa menimbulkan masalah.

“Ketika keluarga terlalu hangat tapi tanpa batasan yang sehat, terutama dalam aspek seksualitas, anak bisa tumbuh tanpa pemahaman tentang privasi dan batas antaranggota keluarga.” ujarnya

**Konten Seksual Menyimpang dan Internet yang Tak Terbatas**

Masalah ini diperparah oleh kemudahan mengakses internet dan media sosial. Di era digital, siapa saja bisa mengakses berbagai jenis konten termasuk yang menyimpang hanya dengan beberapa klik. Tanpa pengawasan, anak-anak dan remaja bisa terpapar pornografi ekstrem, termasuk yang bertema inses.

“Konten seperti itu seringkali ditulis dengan gaya menggoda, erotis, dan mengundang imajinasi seksual. Ketika seseorang membaca atau melihat konten itu secara berulang, ada risiko terjadi proses normalisasi di dalam pikirannya,” jelasnya

Dengan kata lain, perilaku yang awalnya terasa tabu atau salah bisa menjadi ‘biasa’ di mata seseorang karena terus-menerus terpapar. Inilah yang disebut desensitisasi – ketika seseorang kehilangan sensitivitas terhadap sesuatu yang seharusnya dianggap menyimpang atau berbahaya.

0 Komentar