Pilih Jualan di Luar Pasar Cimindi, Pedagang IKM Sebut Omzet di Luar Lebih Lumayan

JABAR EKSPRES – Lantai dua Pasar Cimindi Kota Cimahi yang seharusnya menjadi pusat penjualan produk Industri Kecil Menengah (IKM), ternyata belum dapat meningkatkan pendapatan para pelaku usaha.

Keterbatasan pengunjung di pasar membuat sejumlah pedagang mencari solusi agar usaha mereka tetap berjalan, bahkan tak sedikit yang memutuskan untuk berjualan di luar pasar demi mempertahankan penghasilan.

Yani Nurwiyani (50), seorang pedagang kaos yang berjualan di lantai dua, mengungkapkan bahwa ia tak bisa lagi mengandalkan pengunjung pasar semata. Bersama anaknya, Veldy (29), Yani kini juga membuka lapak di luar pasar untuk menjaga stabilitas pemasukan.

“Kadang dalam berbisnis, ada kalanya ada pembeli, ada kalanya tidak. Pengunjung di sini sering mencari barang yang tidak tersedia, jadi saya hanya bawa contoh display saja,” tuturnya saat ditemui Jabar Ekspres di kiosnya pada Kamis (24/4/2025).

Yani menilai, selain lokasi kios yang kurang strategis, kurangnya minat pengunjung di lantai dua menjadi faktor utama sepinya pembeli.

“Letaknya di pojok, jadi pengunjung kurang perhatian. Kalau jualan di sini, omzet memang kurang. Tapi kalau jualan di luar, lumayan,” lanjutnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Suryana (47), pedagang kaos kaki yang juga berjualan di lantai dua. Ia mengungkapkan bahwa omzetnya masih jauh dari harapan.

“Omzet belum sampai 500 ribu, bahkan kadang tidak ada penjualan sama sekali. Tapi saya dibantu jualan di Brigif, di sana banyak yang mencari kebutuhan yang saya tawarkan,” jelasnya.

Meskipun pendapatan pas-pasan, Suryana tetap aktif mempromosikan dagangannya. Selain melalui promosi mulut ke mulut, ia juga memanfaatkan media sosial.

“Media sosial seperti Facebook sangat membantu. Saya sering posting, jadi banyak yang tanya-tanya soal kaos kaki,” ungkapnya.

Fenomena menurunnya penjualan ini membuat beberapa kios terpaksa tutup. Ketua Paguyuban Pasar Cimindi sekaligus Ketua IKM, Asep Rohendi (Jefri), mengonfirmasi bahwa banyak pedagang yang memilih mundur karena beban produksi yang tak sebanding dengan pendapatan.

“Mereka memikirkan omzet, kalau tidak ada penjualan, bagaimana? Biaya produksi terus berjalan, sedangkan barang tidak laku,” katanya.

Jefri juga menyebutkan bahwa salah satu kendala lainnya adalah kesiapan produk IKM yang belum optimal baik dalam jumlah maupun variasi. Bahkan, target untuk menggaet IKM bermerek pun tidak tercapai.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan