Erdogan Kembali Memenangkan Pemilu, Apa Dampaknya bagi Turki?

JABAR EKSPRES – Recep Tayyip Erdogan kembali menjadi Presiden Turki untuk yang kedua kalinya. Hal ini terjadi setelah dia mengalahkan Kemal Kilicdaroglu yang merupakan calon presiden dari oposisi.

Erdogan berhasil memenangkan pemilu Turki dengan 52 persen berbanding dengan 48 persen, membuat kekuasaan politiknya di negeri berbendera bulan bintang itu menjadi 20 tahun. Hal ini terhitung sejak dirinya pertama kali menjadi Perdana Menteri Turki pada tahun 2003.

BACA JUGA: Unsur Halal dan Haram dalam Investasi Asuransi Syariah

Perjalanan Politik Erdogan

Erdogan memulai perjalanan politiknya pada Maret 1994. Saat itu, dirinya terpilih menjadi Wali Kota Istanbul. Namun pada April 1998, dia dijatuhkan hukuman penjara setelah terkena isu penghasutan diskriminasi agama.

Pada Agustus 2001, Erdogan mendirikan sekaligus menjadi ketua dari Partai Keadilan dan Pembangunan. Dua tahun berselang, tepatnya Mei 2003, Erdogan menjadi Perdana Menteri Turki.

Perjalanan politiknya terus berlanjut hingga pada Agustus 2014 dirinya terpilih menjadi Presiden Turki untuk pertama kalinya. Hal ini disebabkan Erdogan tidak boleh mendaftarkan diri sebagai perdana menteri karena telah 4 kali menjabat.

BACA JUGA: Harta Nadiem Makarim Naik 3,6 Triliun dalam Setahun, Netizen Dibikin Melongo

Perjalanan selama menjabat Presiden Turki cukup terjal bagi Erdogan. Terbukti, pada Juli 2016, ada beberapa kalangan masyarakat yang melakukan kudeta. Namun, usaha tersebut gagal.

Pada Juni 2018, Erdogan kembali memenangkan pemilihan presiden Turki. Namun, kemenangan itu juga dibuntuti oleh serangkaian krisis ekonomi yang melanda Turki.

Terbaru, pada Mei 2023, dia mencalonkan diri sebagai Presiden Turki dan memenangkan lagi kontestasi pemilihan presiden tersebut.

BACA JUGA: Mau Pindah Kewarganegaraan? Negara ini Punya Syarat yang Sangat Mudah

Dampak Erdoganomics

Erdoganomics merupakan salah satu kebijakan unik yang dilakukan oleh Erdogan. Beberapa pengamat mengatakan bahwa teori ini sangat bertentangan dengan teori ekonomi yang ada.

Erdoganomics ternyata membawa Turki ke dalam beberapa rangkaian masalah ekonomi, seperti:

  • Inflasi Turki mencapai 85,51 persen pada Oktober 2022. Ini merupakan yang tertinggi dalam 25 tahun.
  • Cadangan devisi negara tersebut menjadi kecil.
  • Kepunyaan asing pada Surat Utang Negara Tukri turun, dari 25 persen (2013) menjadi di bawah 1 persen (2023).
  • Rasio utang mencapi 51,3 persen dari PDB tahun 2022.
  • Kegiatan impor di Turki lebih besar daripada ekspor sehingga PDB negara tersebut turun hingga 6 persen.
  • Para investor menarik diri dari Pasar Saham Turki dengan total $7 miliar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan