KENAPA pembunuh ini begitu sembrono. Padahal ia calon doktor kriminologi. Ia juga asisten dosen keadilan untuk pelaku kriminal.
Kenapa sampai ditemukan jejak yang begitu nyata: sarung pisaunya tertinggal di lokasi pembunuhan. Di dekat tempat tidur salah satu dari empat mahasiswa/wi yang dibunuh dengan pisau itu (Disway 2 Januari 2023: Ilmu Hukum).
Fakta: ditemukan DNA milik satu orang saja di sarung pisau itu.
Penemuan sarung pisau ini tidak pernah diungkap sebelum pemiliknya ditangkap persis saat tutup tahun 2022 lalu: Bryan Kohberger. Ia mahasiswa S3 hukum, di Washington State University, di kota kecil nan indah: Pullman, dekat perbatasan dengan Idaho.
Ia ditangkap di rumah orang tuanya di negara bagian nun jauh di timur: Pennsylvania. Yakni di suatu desa di pegunungan agak di utara Pennsylvania.
Penemuan sarung pisau itu penting, tapi memang tidak bisa berdiri sendiri.
Kecuali di Tiongkok. Yang kepolisiannya memiliki bank data DNA seluruh warga negaranya. Begitu DNA ditemukan, data itu dimasukkan ke dalam big data. Langsung ketahuan: siapa pemilik DNA di sarung pisau tersebut.
Singapura juga sudah memilikinya.
Di Amerika Serikat juga ada. Tapi belum mencakup seluruh penduduk. Ini soal hak asasi manusia. Bank data DNA baru yang terkait dengan mereka yang pernah didata.
Maka sampai hampir dua bulan kemudian, pembunuh 4 mahasiswa/wi U of I itu belum bisa terungkap. Diperlukan jejak lainnya.
Memang ditemukan juga jejak lain: bekas tapak sepatu. Bentuknya seperti simbol berlian. Mudah sekali untuk mengetahui sepatu jenis apa yang tapaknya seperti itu: sepatu kets merek Vans. Anda sudah tahu: orang senang pakai sepatu Vans karena bentuknya yang klasik. Pun tersedia yang warna warni berpola.
Tapi terlalu banyak lelaki yang pakai sepatu Vans. Harganya pun antara Rp 500.000 sampai Rp 1,5 juta.
Baru sebulan setelah pembunuhan itu ada info masuk ke polisi: mobil Hyundai Elantra warna putih terlihat di sekitar rumah korban. Yakni sebuah rumah kontrakan tiga lantai di kota mungil Moscow, dekat kampus U of I.