Jabar Raih TPID Provinsi Terbaik 2021, Sektor Pertanian jadi Program Utama Pengendalian Inflasi di Jabar

Plt. Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Barat, Bambang Pramono sepakat dengan langkah Pemprov Jabar dalam pengendalian inflasi dengan , memperkuat ketahanan pangan.

“Juga harus diperkuat dengan menjaga cadangan beras pemerintah, serta penguatan data dan informasi pangan. Tentu saja hal lainnya juga harus dilakukan seperti memperkuat koordinasi pemerintah pusat dan daerah, memperkuat sinergi antar kementerian dan lembaga dengan dukungan pemda,” ujar Bambang yang sebelumnya menjabat Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Barat ini.

Bambang mengungkapkan resep sukses Jabar dalam pengendalian inflasi yaitu melalui strategi 4k yaitu keterjangkauan harga distribusi, ketersediaan pasokan, kelancaran, dan komunikasi efektif.
Strategi 4k tersebut direalisasikan melalui delapan langkah aksi yaitu operasi pasar dan bazar murah, perluasan kerjasama antar daerah, melakukan optimalisasi fasilitas distribusi pangan strategis, pengembangan replikasi praktik baik klaster pangan unggulan.

Juga percepatan realisasi biaya tak terduga (BTT), dana desa dan dana sosial untuk pengendalian inflasi melalui bansos guna menjaga daya beli masyarakat.

“Yang tidak kalah pentingnya adalah penguatan infrastruktur pertanian, digitalisasi data dan informasi pangan, penguatan pengawasan harga dan ketersediaan pasokan untuk mencegah penimbunan, serta penguatan produksi pangan melalui program petani milenial menjadi langkah yang dilakukan dalam mengendalikan inflasi di Jabar,” urai Bambang.

Deputi Direktur Senior BI Jabar, Taufik Saleh menambahkan, sebetulnya sejak awal 2022, sudah ada tanda-tanda peningkatan inflasi.

Sebab, indikasi keterbatasan pasokan sudah mulai dirasakan pada akhir 2021 dengan terjadinya peningkatan harga komoditas internasional maupun domestik sehingga menjadi penyebab utama peningkatan laju inflasi Jabar pada triwulan I 2022.

“Andil inflasi tertinggi pada kelompok pangan yang bersumber pada komoditas minyak goreng, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam dan, dan cabai rawit. Juga kenaikan harga minyak goreng,” ujar Taufik.

 

Meski tekanan inflasi pada triwulan I cukup tinggi, namun pada triwulan II, pemerintah berhasil mengendalikan harga komoditas. Harga minyak goreng, daging sapi, dan angkutan antar kota turun sehingga inflasi pada triwulan II lebih rendah dibanding triwulan I.

Pada triwulan III, justru terjadi deflasi karena pasokan pangan sudah berlimpah seiring dengan datangnya musim panen hortikultura di Jabar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan