Wacanakan Budaya Gastronomi, Sebagai Langkah Untuk Tekan Inflasi

JABAREKSRPES.COM – Krisis pangan menjadi ancaman nyata dimasa depan, setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi 30 persen wilayah Indoensia akan mengalami kekeringan. Food and Agriculture Organization (FAO) atau Badan Pangan Dunia juga memperingatkan negara-negara di dunia akan terjadinya krisis pangan akibat perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan. Karenanya berbagai upaya dilakukan agar krisis pangan tidak sampe berpengaruh terlalu tinggi pada terjadinya Inflasi. Termasuk langkah untuk tekan laju inflasi bila memang terjadi.

Dampak dari ancaman tersebut sudah terasa. Banyak negara yang mendahulukan pemenuhan kebutuhan pangan warganya dibandingkan melakukan ekspor. Padahal, Indonesia masih mengimpor beberapa komoditas yang menjadi kebutuhan masyarakat seperti Bawang Putih 100 persen impor, kedelai 97 persen impor, Gula 70 persen impor, dan daging lebih dari 50 persennya impor.

Tak heran saat terjadi kelangkaan, inflasi melonjak. Sebab, pangan dan turunannya menjadi komponen penyumbang terbesar dalam penghitungan indek harga konsumen. Hingga bulan Oktober, laju inflasi tahunan sudah menembus 5,71 persen. Padahal, dalam APBN 2022, laju inflasi diperkirakan 3,5 persen hingga 4,5 persen.

Semakin tinggi inflasi tentu semakin memberatkan masyarakat. Namun sebetulnya, masyarakat pun bisa berperan dalam pengendalian inflasi.

“Caranya dengan mencari jenis komoditas pangan dan energi dari lingkungan sekitar untuk menggantikan konsumsi baik pangan atau energi,” ujar pengamat ekonomi perdagangan internasional dari Unpad, Yayan Satyakti.

Sebab, jelas Yayan, inflasi berhubungan dengan supply and demand. Semakin banyak supply maka harga akan turun pada mekanisme pasar.

Untuk itu, pemerintah harus memberikan peluang terhadap masyarakat untuk mengganti supply yang telah ada dengan komoditas lain yang lebih baik dan berkualitas serta akses yang lebih dekat.

“Misalnya untuk memperoleh pasokan makanan, masyarakat tidak harus pergi jauh tetapi berada di tempat sekitar sehingga mengurangi biaya transportasi. Ini akan membuat barang menjadi lebih murah serta meningkatkan kebutuhan lokal. Efeknya, masyarakat sekitar memperoleh pendapatan karena komoditasnya mendapat pasar yang baik,” tutur pria yang aktif sebagai konsultan internasional ini.

Yayan juga menyarankan supaya masyarakat bisa memenuhi kebutuhannya sendiri atau komunal. Misal untuk pangan, menanam tanaman untuk kebutuhan sendiri dengan cara hidroponik atau kebun kota. Atau membuat komunitas pasar komoditas berupa pasar lingkup terkecil,” katanya.

Tinggalkan Balasan