KOTA BOGOR – Kota Bogor duduki posisi inflasi tertinggi ketia di Jawa Barat (Jabar) dengan angka di November 5,96 persen atau naik 0,02 persen dari bulan Oktober yang angkanya di 5,94 persen.
Posisi tersebut di bawah Kota Tasikmalaya di angka 6,57 persen dan Kota Depok 6,24 persen.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Syarifah Sofiah mengatakan, inflasi Kota Bogor terbilang lebih tinggi jika dibanding angka inflasi Provinsi Jawa Barat (Jabar) di angka 5,93 persen dan nasional di angka 5,71 persen.
“Kenaikan ini tentunya menjadi perhatian bersama Forkopimda, dinas terkait termasuk BPS Kota Bogor,” ungkap Syarifah, Selasa, (15/11).
Dirinya mengaku, berbagai langkah kebijakan dan arahan pengendalian inflasi dari pemerintah pusat sudah dilakukan Kota Bogor.
Mulai dari kerja sama dengan daerah lain, operasi pasar murah, sidak ke pasar sampai pemberian BTT berupa voucher BBM kepada ojek online, dan sopir angkot imbas dari kenaikan BBM.
“Penyumbang inflasi terbesar kan karena kenaikan BBM, kami sudah intervensi dengan bantuan voucher BBM dan masyarakat juga semakin banyak yang memilih naik Biskita yang tarifnya nol rupiah (gratis) sebagai alat transportasi,” paparnya.
Kendati demikian, sambung dia, dua langkah itu nyatanya masih belum bisa mengendalikan inflasi di Kota Bogor. Mengingat, di perhitungan statistik BPS dua hal tersebut tidak memberikan pengaruh signifikan.
Menyikapi hal itu, pihaknya pun akan berkoordinasi dengan BPS apa saja yang menjadi variabel penting saat menghitung inflasi.
“Jadi variabel yang paling menentukan akan sama dengan apa yang kita lakukan di dalam kebijakan pengendalian inflasi,” sebutnya.
Sekda perempuan pertama di Kota Bogor itu menambahkan, menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) pihaknya akan semakin intensif melakukan antisipasi dengan melakukan sidak ke pasar dan distributor untuk melihat apakah terjadi kenaikan yang jauh lebih dari harga eceran tertingginya atau tidak.
“Hal ini sesuai dengan arahan pemerintah pusat untuk mengecek harga di pasar dengan berpatokan pada Harga Eceran Tertinggi (HET),” terangnya.
“Untuk pasokan di Kota Bogor tersedia, tidak ada barang langka. Kami berharap angka inflasi bisa turun tapi paling tidak kita bisa mempertahankan dan tidak terjadi kenaikan,” targetnya. (yud/drx)