Masyarakat Perlu Waspadai Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius

JabarEkspres.com, BANDUNG – Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pengawasan Penyakit, Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani menyebut, pihaknya per Rabu (19/10) menerima surat dari Kementerian Kesehatan.

Surat tersebut tentang upaya antisipasi kasus gagal ginjal akut misterius. Selanjutnya, kata Ira, Dinkes Kota Bandung akan menindaklanjuti, serta membuat surat edaran (SE) untuk kewilayahan, puskesmas, dan apotek.

“Kalau arahan pimpinan, kami membuat SE kewaspadaan. Karena kalau panik mah jangan, kita cuma harus waspada suratnya ada ke aparat kewilayahan, ke faskes (fasilitas kesehatan),” ujarnya, Kamis (20/10/).

“(SE) harus terintegrasi mulai dari faskes, sementara nakes tidak meresepkan obat dalam bentuk cair atau sirup. Apotek sementara tidak menjual bebas obat-obatan dalam bentuk cair sampai ada pengunuman resmi dari pemerintah,” katanya.

Selain waspada, katanya, masyarakat pun harus rajin memilah informasi soal gagal ginjal misterius. Memastikan informasi yang diperoleh berasal dari sumber resmi dan terpercaya.

Dia mengungkapkan, apabila terdapat anak di bawah usia 18 tahun mengalami demam di atas 38 derajat, disertai tidak buang air kecil antara 6-8 jam dan berwarna, maka harus diwaspadai.

Terlebih dahulu orang tua harus mengecek dan memastikan apakah anak kurang minum dan meminum minuman berwarna.

Sementara, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kota Bandung, Anhar Hadian menuturkan, gejala utamanya yakni penurunan frekuensi dan volume urin. Kemudian bisa juga disertai demam, mual, diare, dan batuk.

“Lalu, sesuai anjuran, hentikan pemakaian obat-obatan berbentuk sirup. Kalau anak memiliki gejala-gejala tadi, segera akses layanan kesehatan terdekat,” katanya.

“Tantangan tersendiri bagi orang tua karena tidak semua memerhatikan volume dan frekuensi anak BAK. Kalau bayi kan masih terpantau ya dengan popok. Kalau sudah balita itu agak sulit,” ungkapnya.

Kalau sudah menemukan gejala penyakit ginjal akut, ia mengimbau, agar para orang tua langsung membawa anaknya ke faskes terdekat.

“Prinsipnya lebih cepat lebih baik. Jangan sampai tunggu parah dulu baru dibawa ke IGD,” pungkasnya. (zar)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan