Eksistensi Seni Benjang, Tetap Menari di Tengah Perkembangan Era Digital

“Tahun 1999 itu (grup seni Benjang) bentukan almarhum Abah Ucun, kemudian dilanjut oleh Abah Iyeng. Keduanya merupakan murid dari Abah Iling,” ujarnya di tengah iringan musik tradisional pertunjukan seni Benjang.

Wajah berkumis dengan totopong di atas kepalanya, Ade itu mengaku, grup kesenian ini merupakan keturunan murni para tokoh besar dari mulai Abah Wasim sampai ke Abah Ucun dan Abah Iyeng.

“Abah Iling bisa disebut Benjang buhun (terdahulu), turun ke Abah Ucun dan Abah Iyeng kemudian sampai ke kita,” ucapnya yang antusias dengan wajah tersorot cahaya matahari.

Sekiranya pukul 13.05 WIB, Ade menerangkan, grup keseniang ini mengalami perubahan nama setelah meninggalnya para tokoh yakni Abah Ucun dan Abah Iyeng.

“Dulu namanya masih Mekar Budaya, tahun 2003 diganti jadi Puri Budaya Putra, mengambil dari (ajaran Benjang) Abah Iling sebagai aki guru,” terang Ade.

“Beliau dulu bentuk kelompok namanya Puri Budaya, dilanjut oleh para incu (cucu) murid jadi Puri Budaya Putra,” lanjutnya sambil menggerakkan kedua tangan seakan menunjukkan perubahan grup seni Benjang setiap fasenya.

Ade dengan posisi duduk sila di atas tanah saat itu, menyampaikan, grup kesenian ini bernama Puri Budaya Putra bentukan para leluhur terus dipertahankan meski sekarang diganti penamaannya menjadi Lingkung Seni Setia Wargi.

“Makanya pertunjukan yang kita tampilkan murni sesuai seperti ajaran guru kabuhun (leluhur), di antaranya atraksi Kepang, Kuda Lumping dan atraksi Bangbarongan,” imbuh Ade dengan melipat satu persatu jari kelingking, jari manis dan jari tengah tangan sebelah kanan.

Diketahui, sekiranya pada 1938 lalu, seni Benjang mulai dikembangkan menjadi bentuk seni arak-arakan yang disebut Benjang Helaran, yang kerap digelar untuk mengarak anak khitan.

Pada perjalanannya, seni Benjang mulai dikembangkan lagi dalam bentuk lain yakni seni Tari Topeng Benjang, sekiranya terjadi pada 1941 lalu.

Bila pada Benjang Gelut sebagai bentuk silaturahmi antar manusia, maka pada Seni Benjang Helaran dan Topeng Benjang merupakan pengejawantahan hubungan antar manusia dan Sang Pencipta.

Dengan begitu kesenian ini memiliki filosofis hambluminanas, hablumin-Alloh, menjaga hubungan baik antar sesama manusia, serta hubungan antar manusia dengan Sang Maha Pencipta.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan