180.000 Orang di Kota-Kota Tropis Meninggal Akibat Polusi Udara, Menurut Penelitian

Jabarekspres.com — Lebih dari 180.000 orang di kota-kota tropis meninggal akibat pencemaran lingkungan berupa polusi udara, menurut para peneliti dari University College London dan University of Birmingham, dikutip dari laman University College London, Jumat (8/4/2022).

Aliansi ilmuwan global itu melakukan penelitian guna mengatasi kesenjangan data terkait kualitas udara di 46 kota di Afrika, Asia, Timur Tengah kelak.

Adapun dalam melakukan penelitian itu para ilmuwan menggunakan metode pengamatan berbasis ruang angkasa dari instrumen satelit NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA).

Penelitian para ilmuwan tersebut telah diterbitkan di jurnal Science Advances. Hasilnya menunjukkan bahwa penurunan kualitas udara yang cepat dan peningkatan paparan polusi udara di perkotaan itu berbahaya bagi kesehatan.

Di sejumlah kota, peneliti menemukan peningkatan tahunan yang drastis dari polutan yang secara langsung merupakan ancaman bagi kesehatan.

Polutan yang dimaksud adalah 14 persen nitrogen dioksida (NO2) dan 8 persen partikel-partikel tak kasat mata (PM 2.5), serta peningkatan prekursor PM 2,5 hingga 12 persen amonia dan 11 persen senyawa organik volatil reaktif.

Kegiatan industri, sumber perumahan seperti lalu lintas jalan, pembakaran limbah, dan penggunaan bahan-bahan seperti arang dan kayu bakar adalah penyebab dari penurunan kualitas udara, menurut para peneliti.

Seorang ilmuwan bernama Dr Karn Vohra, peneliti yang mengenyam pendidikan sebagai mahasiswa PhD di University of Birmingham, menyebut bahwa penyebab-penyebab di atas itu bertanggung jawab atas penurunan kualitas udara.

“Pembakaran biomassa untuk pembukaan lahan dan pembuangan limbah pertanian di masa lalu sangat mendominasi polusi udara di daerah-daerah tropis,” kata Dr Karn Vohra, dikutip dari laman University College London, Jumat (8/4/2022).

Ia pun mengatakan bahwa kualitas udara yang buruk di kota-kota tropis ini meningkat cepat dan sudah berada di level yang mengkhawatirkan.

“Analisis kami menunjukkan bahwa kami memasuki era baru polusi udara di kota-kota ini, dengan beberapa mengalami tingkat degradasi dalam satu tahun yang dialami kota-kota lain dalam satu dekade,” katanya.

Para peneliti juga menyoroti pertumbuhan populasi di kota-kota tersebut yang tidak didukung oleh kualitas udara yang baik.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan