Karya anak Bangsa Tak Dianggap di Negri Sendiri, Malah Digunakan di Amerika

WASHINGTON DC – Sebuah teknologi hasil karya anak bangsa yang pernah menciptakan sebuah inovasi alat pendeteksi covd-19 sekitar setahun lalu, kini teknologi yang sama malah digunakan Amerika.

Di Indonesia, teknologi tersebut tercipta saat varian delta sedang menyerang Indoneisa pada gelombang kedua Covid-19 pada Mei 2021.

Teknologi karya Universitas Gajah Mada (UGM) tersebut bernama Genose C19, yang sempat mendapat izin edar dan izin pakai dari Kemenkes.

Bahkan sempat digunakkan sebagai syarat perjalanan pasa saat pemberlakukan PPKM Jawa-Bali, namun kemudian keberadaannya tak diakui dan dilupakan karena dianggap kurang akurat dan tidak layak oleh Indonesia.

Bahkan pada Juli tahun 2021, hasil tes Genose sudah tidak diakui lagi sebagai syarat perjalanan dan produksinya dihentikan.

Yang mengherankan, saat di Indonesia teknologi tersebut tak dianggap, malah
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menerbitkan izin penggunaan darurat alat pendeteksi COVID-19 serupa yang mendeteksi melalui sampel napas tersebut, pada Kamis (14/4) lalu

“Melalui InspectIR COVID-19 Breathalyzer, tes dapat dilakukan di lingkungan di mana spesimen pasien dikumpulkan dan dianalisis, seperti kantor dokter, rumah sakit dan lokasi tes mobile, menggunakan instrumen seukuran barang bawaan,” kata FDA lewat pernyataan resminya.

“Tes dilakukan oleh operator berkualitas dan terlatih di bawah pengawasan penyedia layanan kesehatan berlisensi atau yang disahkan oleh undang-undang negara bagian untuk meresepkan tes dan dapat menyediakan hasilnya kurang dari tiga menit,” kata badan itu.

Direktur Pusat Perangkat dan Kesehatan Radiologi (CDRH) FDA Jeff Shuren mengatakan izin tersebut merupakan contoh lain dari inovasi cepat yang terjadi dengan tes diagnostik untuk COVID-19.

“FDA terus mendukung pengembangan tes COVID-19 baru dengan tujuan meningkatkan teknologi yang dapat membantu mengatasi pandemi saat ini sekaligus memosisikan AS dengan lebih baik untuk menghadapi kedaruratan kesehatan masyarakat umum selanjutnya,” katanya.

InspectIR COVID-19 Breathalyzer menggunakan teknik yang disebut kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) untuk memisahkan serta mengidentifikasi campuran kimia. (ant/jpnn/rit)

 

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan