Bani Abbasiyah Golden Age Peradaban Islam

Sungai Tigris dan Efrat menjadi pelabuhan transmisi bagi kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia.

Terjadinya kontak perdagangan tingkat internasional ini semenjak khalifah Al-Mansur.

Selain al-Mansur, khalifah lain yang populer adalah Harun Ar-Rasyid. Dia adalah raja agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M-814 M) di Eropa.

Pada masa kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah, menjelma menjadi metropolitan dunia. Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.

Harun Ar-Rasyid yang lahir pada 17 Maret 763 M di Rayy, Teheran, Iran, berayah Khalifah Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Mansur dan Ibun Khaizuran dari Yaman, memerintah antara tahun 786 hingga 803.

Pada masa pemerintahannya mampu mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat; Membangun kota Baghdad yang terletak di antara sungai eufrat dan tigris dengan bangunan-bangunan megah;

Membangun tempat-tempat peribadatan; Membangun sarana pendidikan, kesenian, kesehatan, dan perdagangan; Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian; Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana.

Ia memiliki seorang kadi (penasihat kerajaan) yang sangat cerdas yang dikenal dengan nama Abu Nawas, sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer.

Namanya diabadikan sebagai pemimpin yang baik dan dikenang sepanjang masa. Ar-Rasyid dikatakan sebagai bapak khalifah Abbasiah, karena 3 (tiga) orang anaknya menjadi khalifah.

Figur lain yang cukup populer adalah putra kedua dari Harun ar-Rasyid, yaitu al-Makmun. Masa pemerintahannya dipandang sebagai masa keemasan yang melanjutkan kebesaran yang dicapai ayahnya.
Pada masanya, al-Makmun berhasil menyelesaikan apa yang telah dimulai oleh kakeknya, Al-Manshur, yaitu menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat, serta karya orang-orang terdahulu ke dalam bahasa Arab.

Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, Khalifah Al-Makmun memperluas Baitul Hikmah (Darul Hikmah) yang didirikan ayahnya, Harun Ar-Rasyid, sebagai Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia.

Baitul Hikmah diperluas menjadi lembaga perguruan tinggi, perpustakaan, dan tempat penelitian.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan